Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Sukses

Kisah Ketekunan Opa Philep Budidaya Rica di Talaud Sulawesi Utara, Butuh Bantuan Sumur Bor

Kakek 73 tahun ini tekun membudidayakan cabai rawit di lahan miliknya di Desa Sawang, Kecamatan Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Alpen Martinus
Tribun Manado/Fernando Lumowa
Philep Sasiil (73), menunjukkan rica lokal miliknya di perkebunan Sawang, Kecamatan Melonguane, Kepulauan Talaud. 

Sekali tanam, rica bisa berkali-kali panen hingga enam bulan dengan proyeksi hasil 1 ton per tahun

Rica dari kebun Sawang itu dijual di Pasar Melonguane, Beo bahkan hingga ke pulau sebelah, Kabaruan dan Mangaran serta Manado. 

Sejatinya, Philep dan kelompoknya punya lahan 1.5 hektar. Potensinya bisa untuk 12 ribu pohon rica dengan proyeksi sekali panen 12 ton. "Kami terbatas modal, ditanami sesuai kemampuan dan tenaga juga," kata Philep.

Sugirman Gumolung, Penyuluh Dinas Pertanian mengatakan, selain Misu, ada 12 poktan di Kecamatan Melonguane. Mereka menanam komoditas holtikultura berbeda. Selain Rica, ada yang menanam bawang merah, jahe dan sayuran. 

Kata Sugirman, bertani di Kepulauan Talaud butuh usaha ekstra. Tanah Pulau Karakelang tidak terlalu subur karena didominasi batuan dan karang. "Lapisan tanahnya tidak dalam," ujarnya. 

Kendati demikian, budidaya Kelompok Tani Misu bisa menjadi solusi harga komoditas rica di Talaud. 

Karena bisa memproduksi sendiri, harga rica di Talaud relatif terkendali. 

Selama ini, harga komoditas holtikultura sangat fluktuatif di Talaud karena kondisi geografis yang merupakan Kepulauan. 

Pasokan dari luar membuat harga kebutuhan di dapur ini kerap melambung. Apalagi jika kondisi cuaca ekstrem, gelombang tinggi. 

"Sekarang memang masih ada rica dari Manado tapi sudah jarang karena masyarakat di sini menanam sendiri," kata Sugirman. 

Rica Gubernur 

Sekitar 370 kilometer dari Melonguane, Efendy Singal (51), warga Desa Leleko, Kecamatan Remboken Minahasa bertani rica secara intensif sejak tahun 2016. 

Efendy patut diberi penghargaan. Ia berhasil menemukan varietas rica baru hasil persilangan beberapa rica lokal. 

Sebelumnya ia menanam benih rica sachet yang dibeli di toko dengan hasil kurang maksimal. Penyebabnya rica mudah terserang busuk buah (Patek). 

"Saya rutin tanam rica karena memang hasilnya lebih menjanjikan," kata suami dari  Merry Timbuleng, Jumat (30/8/2024). 

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved