Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Liputan UMKM

Cerita Noni dan Maigel, Pasutri Disabilitas Fisik Berdaya Bareng CIMB Niaga di Manado

Noni (50) dan suaminya, Maigel tengah bersantai. Tepat di dekat etalase kaca berisi beragam lauk ikan dan ayam. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Alpen Martinus
Tribun Manado/Fernando Lumowa
Noni Anatje Pangajow (50), mitra UMKM binaan Berdaya Bareng CIMB Niaga di Warung Ceria miliknya, Jalan Kampus Politeknik Negeri, Buha, Manado, Selasa (27/8/2024). 

Setelah sosialisasi, dilanjutkan seleksi. "Kami ikut-ikut saja setiap materinya. Belajar di hape (smartphone), sampai malam, seperti kuliah, sakit kepala," kata Noni sambil tertawa. 

Dalam pelatihan, mereka dibekali cara pengelolaan keuangan, manajemen usaha, digital marketing hingga beragam tips dan trik. 

Tak dinyana, mereka lolos sebagai Mitra Berdaya Bareng yang bisa dibiayai CIMB Niaga. Hanya saja, hanya salah satu yang bisa dibiayai karena status suami istri. 

"Kami paham, biar ada pemerataan, buat teman-teman disabilitas yang lain. Saya mengalah," kata Maigel

Singkat cerita, setelah melalui pendampingan, Noni layak dibiayai. Ia mendapatkan bantuan Rp 7 juta tanpa agunan. Kewajibannya mencicil Rp 700 ribu per bulan selama 10 bulan. 

Tahap kedua ia kembali mendapatkan modal usaha Rp 20 juta di awal tahun ini. Cicilannya naik, sudah Rp 5 juta per bulan dan sudah lunas. 

Mereka berencana mengajukan pembiayaan lagi dari CIMB Niaga Sejatinya Noni berharap bisa mendapatkan hingga Rp 50 juta untuk meningkatkan usaha warung makannya. 

"Tapi saya dengar saja arahan dari pendamping Berdaya Bareng. Mungkin mereka menilai kemampuan kami," ungkapnya. 

Noni dan suami punya harapan, usaha menjahit dan layanan servis bisa di satu tempat di depan kampus Politeknik. Selain itu, putri mereka bisa meneruskan studi ke bangku kuliah. 

Meskipun demikian, Noni bilang usaha warung makan itu jadi tumpuan. Jasa menjahit tak secemerlang dulu. 

Itulah sebabnya, ia dan suami memilih buka usaha warung makan di Manado. Noni masih melayani menjahit jika ada pesanan di kampung, Desa Teep, Kecamatan Talawaan, Minahasa Utara. 

Menurut dia, pendapatan tukang jahit menurun karena banyak orang lebih memilih belanja online. Noni pulang kampung kalau ada orderan menjahit. 

Dulu, ia bisa menyelesaikan pesanan jahit 2-3 potong tiap minggu. Satu dress, maklomnya Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. 

"Sekarang kadang sekali. Kecuali ada lomba koor (paduan suara), itu ada," ujar perempuan yang mendapatkan keahlian menjahit dalam pelatihan oleh Dinas Sosial Sulut tahun 2012.

Keduanya berterima kasih karena berkat Berdaya Bareng CIMB Niaga, bisa punya usaha yang memberi nafkah keluarga. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved