Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Acitivity

Cerita Menarik yang Tersaji di Novel Romansa Stovia Karya Sania Rasyid, Berlatar Tahun 1918

Dipimpin Maureen Lumempouw, Jurnalis Tribun Manado berikut wawancara tanya jawab bersama penulis novel Romansa Stovia, Sania Rasyid

Penulis: Ferdi Guhuhuku | Editor: Rizali Posumah
HO
Sania Rasyid, saat menjadi narasumber di Podcast Tribun Manado, Rabu (24/7/2024). 

Manado,TRIBUNMANADO.CO.ID - Ada cerita menarik yang tersaji di novel Romansa Stovia.

Hal itu diungkapkan langsung oleh penulisnya sendiri Sania Rasyid, saat menjadi narasumber di Podcast Tribun Manado, Rabu (24/7/2024).

Dipimpin Maureen Lumempouw, Jurnalis Tribun Manado berikut wawancara tanya jawab bersama narsumber: 

Boleh ceritanya sedikit terkait romansa stovia ini?

Stovia adalah sekolah pertama di Indonesia, sekolah kedokteran bumi putra di Jakarta.

Siswa-siswanya saat itu dari lima suka mayoritas yaitu Manado, Minangkabau, Jawa, Sunda dan Ambon.

Makanya toko-tokonya di sini rata-rata dari lima suku ini selain orang Belanda.

Saat Tribunnews lagi menggandrungi novel-novel yang ada kaitannya dengan sejarah, kenapa memilih tahun 1918?

Stovia didirikan dari 1902 sampai 1926 sedangkan 1908 berdirinya organisasi perkumpulan Budi Utomo, saya sengaja tidak mengambil sisi politik dari buku ini.

Saya mengambil 1918 karena dulu itu gedung Stovia lama ada berada di Jakarta Pusat belakang RSPAD Gatot Subroto, 1920 kegiatan belajar-mengajar pindah ke rumah sakit Cipto sekarang.

Sebelum masuk lebih dalam mengenai novel bole tau apakah ka Sania punya background kedokteran atau sejarah?

Saya bukan dokter pastinya dan tidak mengambil jurusan sejarah, background saya sebenarnya kerja di dunia perhotelan.

Cuma karena saya hobi menulis sejak SMA jadi berusaha untuk explore diri sendiri.

Ide awalnya gimana sampai angkat novel Romansa Stovia?

Idenya sebenernya saya bercita-cita jadi dokter cuma tidak kesampaian, jadi justru kesampaian di buku.

Proses penulisan buku ini berapa lama?

Mulai dari riset, penulisan sampai launching pada 1 Juni di Museum Kebangkitan Nasional itu proses waktunya sekitar tiga setengah tahun.

Proses-proses untuk riset itu apa saja yang dilakukan?

Saya banyak studi pustaka, terus nonton di YouTube konten operasi bedah jantung dan banyak menonton dokomentari untuk menunjang penulisan.

Tantangan apa yang paling besar dihadapi ketika proses menulis?

Yang paling sulit dan tidak boleh salah penulisan dari sisi kedokterannya, karena saya bukan dokter.

Saya cuma takut dua  hal sebelum buku ini diterbitkan, yaitu dibaca sama dokter dan orang Manado asli.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved