Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Advetorial

Studi Kasus Kebudayaan Sulawesi Utara, Sarana Budaya Melarat, Bahasa Minahasa Sekarat?

Taman Budaya Sulawesi Utara, yang terletak di Jalan Maengket, agak ke pinggiran Kota Manado, seharusnya menjadi oasis bagi seni dan budaya

Editor: Alpen Martinus
Foto IST/FB Fery Sangian
Ilustrasi kebudayaan Minahasa 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah ironi menggantung di udara Sulawesi Utara. Provinsi ini dengan bangga mengumumkan peringkat ke-9 dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) nasional tahun 2019, sebuah pencapaian yang menempatkannya di atas rata-rata nasional.

Namun, di balik angka yang menggembirakan ini, realitas di lapangan justru menyajikan potret buram yang jauh dari ideal.

Taman budaya terbengkalai, bahasa daerah terancam punah, dan sarana pertunjukan budaya merana, hanyalah contoh kasus dari "malintuangnya" kebudayaan di daerah ini.

Baca juga: Tenggat Sesuai Edaran Mendagri Lewat, Tak Ada Penjabat Bupati Wali Kota di Sulut Maju Pilkada 2024

Apakah IPK tinggi ini hanya angka semu yang menutupi borok dalam pengelolaan kebudayaan di Sulawesi Utara?

Seperti sebuah lukisan indah yang dipajang di dinding retak, Sulawesi Utara menampilkan wajah cantik pariwisatanya kepada dunia, sementara di baliknya, warisan budaya lokal terancam runtuh.

Wisatawan berbondong-bondong datang menikmati pantai eksotis dan keramahan warga, sementara bahasa Minahasa, bahasa ibu masyarakat setempat, semakin terpinggirkan, hanya diucapkan oleh segelintir orang tua.

Ironi ini menimbulkan pertanyaan besar : apa arti pembangunan jika warisan budaya leluhur terancam punah?

Apakah kemajuan hanya diukur dari angka-angka statistik dan pertumbuhan ekonomi, sementara identitas budaya lokal terkikis oleh karena sikap abai para pemangku kebijakannya?

Esai ini menggali lebih dalam ironi tersebut, menganalisis faktor-faktor penyebabnya, serta menawarkan solusi untuk mewujudkan pemajuan kebudayaan yang lebih berkelanjutan di Sulawesi Utara.

Melalui studi kasus prasarana budaya yang “rungkad”, dan bahasa Minahasa yang meredup, kita akan melihat bagaimana kebijakan dan praktik yang ada justru menghambat, bukannya mendukung, pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

Dengan mengungkap potret buram di balik IPK yang tinggi, esai ini berharap dapat menyadarkan pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait tentang pentingnya merawat dan memajukan kebudayaan Sulawesi Utara sebagai bagian integral dari pembangunan yang berkelanjutan.

Masa Lalu bukan masa kini. Sayang.

Taman Budaya Sulawesi Utara, yang terletak di Jalan Maengket, agak ke pinggiran Kota Manado, seharusnya menjadi oasis bagi seni dan budaya di provinsi ini.

Namun, ironisnya, kondisi Taman Budaya saat ini jauh dari ideal, sebuah fakta yang memilukan bagi siapa saja.

Tentu termasuk penulis dan banyak pegiat budaya dan seni yang pernah menjadi saksi kejayaannya di masa lalu.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved