Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jamaah Islamiyah Bubar

Abu Mahmudah: 2 Hal yang Jadi Dasar hingga Organisasi Jamaah Islamiyah Bubar

Simak hasil wawancara Tribun dengan Abu Mahmudah terkait alasan dibalik bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah.

Editor: Chintya Rantung
Tribun news
Ustaz Abu Mahmudah alias Ustaz Arief Siswanto, tokoh senior eks Jamaah Islamiyah atau JI saat wawancara khusus bersama Tribun. 

Pikirkan keluargamu, istrimu anak-anakmu. Sampai kapan dan berapa lama kamu akan terpisah dalam situasi ini. Tapi saya tidak memaksa, silakan pikirkan baik-baik.

Sekiranya kamu perlu komunikasi dengan saya, silakan komunikasi. Dengan cara komunikasi seperti  itu, mereka akhirnya menyadari, dan memahami. Oh iya ustad kami percaya.  

T :  Ada nggak yang kemudian menegakkan kepalanya (berontak)?

AM : Awalnya ada yang seperti itu. Tapi kita tetap saja sampaikan dengan cara santun. Ndak papa kamu mau seperti itu, tapi kalau jumlah besar senior kembali ke negara, kamu mau sama siapa.

Kami bisa berdiri seperti para senior ini…kalau kira-kira sanggup..hehehehehe! Tapi Inshaalah sejauh ini mereka bersedia mendengar. Kadang-kadang memerlukan waktu. Bisa dibayangkan, sudah bertahun-tahun, berpuluh tahun seperti ini, tiba-tiba kereta berhenti. Ndak main-main. Beritanya ke dalam aja besar, apalagi keluar.

T : Saya kira-kira ini akan semakin menggaung, apalagi tokoh-tokoh seperti Ustad Siswanto dan Ustad Anshori begitu terbuka.

AM : Mudah-mudahan, saya kira harapannya begitu, kita ingin membantu menintegrasikan mereka, kami tidak ingin mewariskan kepada anak-anak kami itu stigma. Karena mungkin kekeliruan dan salah langkah para orang tua ini, mereka teralienasi, potensinya tidak bisa disumbangkan ke hal positif.

T : Bagaimana dengan mereka  yang dulu kader JI melakukan aksi kekerasan atas inisitiaf pribadi, apakah juga akan direngkuh atau berlepas diri?

AM : Upaya pertama kami adalah komunikasi, dan pintu pertamanya adal kesediaan komunikasi dan bersedia mendengar.  Bahkan mereka mungkin lebih berhak daripada yang lain.

T : Apakah selama ini sebelum 30 Juni 2024 mereka sudah dianggap di luar organisasi? Atau masih anggota?

AM : Mungkin mereka-mereka itu tidak terlibat dalam struktur, wong saya saya juga tidak di dalam struktur. Tapi bahwa mereka bagian dari keluarga pertama jamaah, dan kaum Muslimin yang punya hak lebih dekat daripada yang  lain, tidak akan kami tinggalkan. Kalau ada yang tercecer, kita akan sisir lagi nanti, tentu setelah negara lebih percaya lagi.

T : Tentu butuh pembuktian ya?

AM : Makanya selalu ada yang bilang, ini serius nggak, ini strategi saja, ada yang ragu, ini jangan-jangan taqiyah, ada pertanyaan datang dari banyak pihak. Tapi kami tidak ragu-ragu menjawab. Kami berangkat dari kejujuran, juga kejujuran berkomunikasi. Kalau ndak jujur kan ndak jadi teman toh…hehehehe.

T : Secara pribadi apa pandangan ustad terhadap mereka yang melakukan aksi kekerasan di masa lalu?

AM : Itu kan persoalan ijtihadi ya. Jadi persoalan jihad yang dilakukan organisasi lain seperti Muhammadiyah dan NU, mengambil ijtihad kenegaraan, tapi kan ada pihak lain yang menganggap ini kurang syarii. Jadi kalo kedua ijtihad ini  dilakukan sepadan, tentu sah-sah saja. Tentu karena berjalannya waktu, oh pertumpahan darah kaum muslimin, bangsa tercabik, ini jadi tersia-siakan. Kan begitu.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved