Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Mahasiswa Unsrat Riset Pencegahan Bullying di Kalangan Remaja di Minahasa

Indonesia dalam rangka mewujudkan Generasi Emas 2045, berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi remaja. 

Penulis: Ferdi Guhuhuku | Editor: Alexander Pattyranie
Istimewa
Tim Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi yang melakukan Riset Pencegahan Bullying di Kalangan Remaja di Minahasa Terapkan filosofi Sitou Timou Tumou Tou. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Indonesia dalam rangka mewujudkan Generasi Emas 2045, berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi remaja

Salah satu masalah yang masih sering terjadi di kalangan remaja adalah bullying. 

Menurut studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2023, Indonesia termasuk sebagai salah satu dari lima negara dengan angka kasus bullying tertinggi di dunia. 

Sekitar 41 persen dari pelajar berusia 15 tahun di Indonesia mengalami bullying dalam rentang waktu satu bulan.

Dalam survei yang melibatkan 78 negara, Indonesia berada di peringkat kelima dalam prevalensi kasus bullying tertinggi, sehingga jika tidak diatasi kondisi ini dapat menghambat terwujudnya Generasi Emas 2045.

Maka dari itu, dalam upaya menekan angka bullying di kalangan remaja, mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) yang diketuai oleh Oktaviani Wowiling dan beranggotakan Chatleya Purnomo, Veronika Undap, Renaldi Worang, Theresa Bauda dan dibimbing oleh Ns. Septriani Renteng, M.Kep.,Sp.Kep.Kom hadir melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) untuk mengangkat nilai-nilai kearifan lokal suku Minahasa di tanah Nyiur Melambai, yaitu filosofi Sitou Timou Tumou Tou yang dijadikan sebagai pencegahan perilaku bullying pada remaja.

Sitou Timou Tumou Tou, Filosofi Kehidupan Masyarakat Suku Minahasa.

Sitou Timou Tumou Tou adalah sebuah filosofi dari suku Minahasa yang berarti "manusia hidup untuk memanusiakan orang lain". 

Oktaviani Wowiling menjelaskan filosofi ini mengajarkan pentingnya saling menghormati, tolong-menolong dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 

Dengan menerapkan nilai-nilai dari filosofi ini, diharapkan dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik dan dapat mencegah perilaku bullying di kalangan remaja serta membentuk karakter generasi muda yang kuat, berbudi pekerti luhur dan siap menghadapi tantangan global. 

"Upaya ini adalah bagian dari visi besar menuju Generasi Emas 2045, dimana setiap individu dapat hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat dan kemanusiaan," ujar Oktaviani, Jumat (12/7/2024).

Dia berharap semoga upaya penerapan riset dengan mengunakan kearifan lokal suku Minahasa ini bisa memotivasi daerah lain.

"Semoga upaya ini dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia untuk mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk karakter generasi muda yang lebih baik.

Informasi selanjutnya terkait hasil riset kami bisa diakses melalui instagram (@pkmrsh_sitoutimoutumoutou), Tiktok ini (pkmrshsitoutimoutumoutou), facebook (Sitou Timou Tumou Tou)," pungkasnya.

(Fer)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved