Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Israel Palestina

PM Israel Benjamin Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Peluang Gencatan Senjata di Gaza Semakin Kecil

Kabinet perang Israel dibentuk pada 11 Oktober 2023 sebagai respons atas serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

Editor: Rizali Posumah
AFP/HO/Kolase
Ilustrasi - PM Israel Benjamin Netanyahu dan Kabinet Perang 

Keduanya sama-sama mewakili konstituen ultra-Ortodoks, sayap kanan garis keras dalam politik Israel. Keduanya juga terkait erat dengan gerakan pemukiman, yang berupaya membangun pemukiman di atas tanah yang menurut hukum internasional merupakan milik Palestina.

Keduanya sebelumnya juga sempat mengancam akan mengundurkan diri jika Israel tidak melancarkan serangan ke kota Rafah, yang kala itu merupakan rumah bagi 1,5 juta pengungsi.

Tak hanya itu, keduanya mengancam akan mengundurkan diri jika Netanyahu menindaklanjuti kesepakatan gencatan senjata yang didukung AS sebelum mereka yakin Hamas benar-benar telah “dihancurkan”.

Di sisi lain, Netanyahu tak bisa menghiraukan keduanya.

Partai Ben-Gvir dan Smotrich menduduki 14 kursi di parlemen.

Jika mereka benar-benar mengundurkan diri, hal tersebut akan menyebabkan runtuhnya kabinet koalisi dan berujung pada berakhirnya masa jabatan Netanyahu.

Secara bersamaan, bubarnya kabinet perang akan semakin menjauhkan Netanyahu dari politisi yang lebih terbuka terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.

Pembicaraan gencatan senjata sejauh ini telah gagal menemukan titik temu antara Hamas dan para pemimpin Israel.

Baik Israel atau Hamas tampak masih enggan untuk sepenuhnya mendukung rencana AS baru-baru ini yang bertujuan untuk memulangkan para sandera, membuka jalan untuk berakhirnya perang, dan membangun kembali wilayah yang hancur.

Netanyahu kini akan bergantung kepada anggota kabinet keamanannya, yang beberapa di antaranya menentang kesepakatan gencatan senjata dan telah menyuarakan dukungannya untuk menduduki kembali Gaza.

Sementara itu, kabinet perang akan digantikan oleh kabinet yang lebih kecil, di mana diskusi dan konsultasi terkait topik yang sensitif dapat dilakukan.

Menurut surat kabar Yedioth Ahronoth, badan baru tersebut akan mencakup Gallant, Dermer, dan Kepala Dewan Keamanan Nasional, Tzachi Hanegbi.

Rencana tersebut kemungkinan akan menghalangi upaya Ben-Gvir dan Smotrich untuk bergabung.

Baca juga: Termasuk Sultan Brunei, Berikut Daftar Nama Raja Terkaya di Dunia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved