Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Israel Palestina

Tak Ada Jaminan Israel Tarik Pasukan dari Jalur Gaza, Hamas Disebut Ambil Risiko Percayai Trump

Langkah politik yang sangat berisiko terpaksa ditempuh Kelompok Bersenjata Palestina di Gaza, Hamas, demi keamanan warga Palestina.

Editor: Rizali Posumah
Facebook The White House
RISIKO GENCATAN SENJATA - Gambar diunduh dari Facebook The White House, Kamis (9/10/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump dalam unggahan pada 9 Oktober 2025. Langkah politik yang sangat berisiko terpaksa ditempuh Kelompok Bersenjata Palestina di Gaza, Hamas dengan mempercayai Donald Trump dalam upaya gencatan senjata dengan Israel. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Langkah politik yang sangat berisiko terpaksa ditempuh Kelompok Bersenjata Palestina di Gaza, Hamas. 

Hamas menyepakati gencatan senjata dengan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata tersebut dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

Di mana salah satu pointnya adalah meminta Hamas untuk menyerahkan seluruh sandera yang mereka tahan di Gaza.

Kenapa langkah ini berisiko bagi Gaza? Pasalnya, keputusan ini diambil tanpa adanya kesepakatan tertulis mengenai penarikan penuh pasukan Israel.

Kesepakatan hanya berdasarkan jaminan lisan, terutama dari Presiden AS Donald Trump.

Di mana kesepakatan tersebut mulai berlaku pada Jumat (10/10/2025).

Beberapa pejabat hamas menilai ini sebagai "judi" politik.

Mereka meyakini bahwa keterlibatan personal Trump dalam kesepakatan tersebut akan cukup untuk menahan Israel agar tidak melanjutkan operasi militernya setelah sandera dibebaskan.

Pandangan Hamas terhadap Trump

Sebagaimana dikutip dari Al Arabiya, dua pejabat Palestina mengungkapkan, perubahan pandangan Hamas terhadap Trump — sosok yang sebelumnya mereka sebut sebagai rasis dan "resep kekacauan" — dipicu oleh satu panggilan telepon luar biasa pada September lalu.

Dalam panggilan yang disiarkan secara luas itu, Trump dilaporkan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk meminta maaf kepada Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Permintaan maaf ini terkait serangan Israel terhadap kompleks perumahan yang menjadi tempat tinggal para pemimpin politik Hamas di Ibu Kota Qatar, Doha.

Meskipun serangan tersebut gagal membunuh para pejabat Hamas, cara Trump menangani insiden itu meyakinkan Hamas bahwa ia mampu bersikap tegas terhadap Netanyahu dan serius ingin mengakhiri perang di Gaza.

Seorang pejabat senior Gedung Putih menyebut insiden Qatar itu sebagai titik balik signifikan yang menyatukan dunia Arab.

Janji publik Trump bahwa serangan serupa oleh Israel terhadap Qatar tidak akan terjadi lagi, dinilai telah meningkatkan kredibilitasnya di mata Hamas dan aktor regional lainnya.

Tidak Ada Jaminan Tertulis

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved