Sejarah
Kisah Alex Kawilarang, Perwira asal Sulut Perintis Kopassus yang Dikabarkan Pernah Tampar Soeharto
“Di bawah bendera merah putih ini yang telah kita bela dengan darah dan nyawa ini, kita punya hak yang sama dengan Soekarno."
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - “Di bawah bendera merah putih ini yang telah kita bela dengan darah dan nyawa ini, kita punya hak yang sama dengan Soekarno."
Demikian yang pernah diucapkan Brigjen Inf. (Purn.) Alexander Evert Kawilarang.
Alexander Kawilarang merupakan salah satu tokoh penting militer Republik Indonesia.
Bahkan bisa disebut, ia salah satu putra terbaik Indonesia yang turut merintis TNI.
Ia terlibat dalam perang revolusi memepertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ia juga merupakan perintis dari pasukan berkualifikasi khusus di tubuh TNI.
Pernah beberapa kali turut dalam upaya memadamkan pemberontakan yang terjadi pasca kerdekaan Republik Indonesia.
Salah satu kisah yang terkenal terkait dirinya adalah cerita bahwa ia pernah menampar Soeharto, bawahannya yang kelak menjadi Presiden Republik Indonesia.
Bagaimana kisah lengkapnya? Simak ulasan berikut ini:
Menampar Soeharto

Alexander Evert Kawilarang saat itu menjabat sebagai Panglima selaku atasan dari Letkol Soeharto.
Saat Soeharto muda masih aktif di militer, dia dikabarkan pernah ditampar oleh seorang panglima militer yang sekaligus pendiri Kopassus
Kisah penamparan Soeharto oleh Alex Evert Kawilarang ini ada dalam buku 'Suharto and His Generals: Indonesian Military Politics 1975-1983' tulisan David Jenkins (1984)
Sekitar tahun 1950-an, sebagai Panglima Wirabuana, Alex Kawilarang melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa keadaan di Makassar sudah aman.
Namun Soekarno justru menyodorkan sebuah radiogram yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar.
Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar saat itu juga dilaporkan telah mundur ke Lapangan Udara Mandai.
Mendengar radiogram tersebut, Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar.
Setibanya di lapangan udara Mandai, ia langsung memarahi Komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menamparnya.
"Sirkus apa-apaan nih?" kata Kolonel Alex Kawilarang sambil menampar pipi Letkol Soeharto.
Bagaimana reaksi Soeharto? beliau hanya bisa menahan sakit sambil bersungut-sungut karena kelalaiannya dalam menjalankan tugas.
Dilansir dari Wikipedia, Dalam satu wawancara, Kawilarang membantah bahwa ia menyerang Soeharto, tetapi ia mengakui bahwa dia harus menegurnya pada waktu itu
Siapa Alex Kawilarang?

Alexander Evert Kawilarang lahir di Jakarta pada tanggal 23 Pebruari 1920.
Pria asal Sulawesi Utara ini tercatat terkahir memegang jabatan dalam pemerintahan resmi adalah Atase Militer di KBRI Washington (1957).
Selanjutnya, Alex Kawiralarang meninggalkan Jakarta dan bergabung dengan angkatan perang PRRI/Permesta (1959).
Dalam diri Alex Kawilarang mengalir darah militer yang kental.
Ayahnya seorang perwira KNIL yang pada tahun 1910 sudah mendapat pendidikan sekolah perwira di Jatinegara.
Alex Kawilarang sendiri setelah menyelesaikan sekolah menengahnya di Bandung masuk CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren =Korps Pendidikan Perwira Cadangan).
Pada tahun 1941, Alex Kawilarang masuk Koninklijk Militair Academia=Akademi Militer Kerajaan (KMA), yang dipindahkan dari Breda (Belanda) ke Hindia setelah serbuan Jerman atas Belanda (1940).
Karena dinilai sangat cakap, Alex Kawilarang ditunjuk menjadi instruktur pada akademi militer tersebut dan ikut bertempur melawan Jepang, bahkan ia pernah merasakan siksaan sebagai tawanan Jepang.
Pada awal revolusi Alex Kawilarang bersama sejumlah rekannya di CORO dan KMA ikut menyusun tentara keamanan rakyat di wilayah Jawa Barat.
Pada awal 1946 Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Brigade II untuk wilayah yang mencakup Cianjur, Bogor dan Sukabumi dengan pangkat Letnan Kolonel.
Dalam Agresi Belanda pertama (pertengahan 1947), Alex Kawilarang mendapat ultimatum dari Belanda untuk menyerah, akan tetapi Alex Kawilarang menjawab bahwa ia bersama rekannya lebih suka mati dari pada menyerah.
Kota Sukanegara yang menjadi markas Brigade II direbut Belanda, namun Alex Kawilarang telah membumihanguskannya terlebih dahulu.
Seiring dengan berlakunya Perjanjian Renville, Alex Kawilarang ikut pindah ke Yogyakarta.
Pada bulan Agustus 1948 Alex Kawilarang dikirim ke Sumatera untuk ikut mengadakan reorganisasi ketentaraan di sana.
Membasmi Pemberontakan

Setelah penyerahan kedaulatan ia diangkat sebagai Panglima Teritorium Sumatera Utara dan berkedudukan sebagai Gubernur Militer (1950).
Alex Kawilarang kemudian ditugaskan untuk menumpas pemberontakan militer Andi Azis di Sulawesi Selatan.
Dalam operasi tersebut ia diangkat sebagai Panglima dari semua satuan (darat, laut dan udara) yang bertugas menjalankan operasi di wilayah Indonesia Timur.
Setelah pemberontakan tersebut berhasil ditumpas, Alex Kawilarang kembali ditugaskan untuk mengatasi pemberontakan RMS di Maluku dan Kahar Muzakar.
Pada bulan Nopember 1951, Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Teritorium III Jawa Barat dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pada saat inilah Alex Kawilarang mewujudkan dibentuknya Kesatuan Komando yang terlatih bertempur dalam satuan-satuan kecil yang serba bisa dan dapat diandalkan.
Alex Kawilarang pun meminta Idjon Djanbi untuk melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus, yang kini dikenal sebagai Kopassus.
Sebagai Panglima Divisi Siliwangi ia terjun langsung dalam penumpasan gerombolan Darul Islam pimpinan Karto Suwiryo.
Alex Kawilarang diangkat sebagai Atase Militer di KBRI Washington hingga tahun 1957.
Ia selanjutnya mengajukan pengunduran diri karena tidak setuju dengan kebijaksanaan pemerintah pusat dalam menangani kasus Permesta.
Sejak saat itu namanya sering dicantumkan sebagai Kepala Staf Angkatan Perang PRRI/Permesta.
Perintis Pasukan Komando di TNI

Pasukan Komando pertama kali dimiliki oleh TNI AD berkat ide seorang yang berpengalaman di satuan militer Belanda KNIL, dan merupakan pejuang Repulik Indonesia di masa perang mempertahankan kemerdekaan, yakni Alexander Evert Kawilarang.
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.
A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Selanjutnya, sebagaimana yang dikutip dari laman kopassus.mil.id, melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/Inst/PDS/52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “Korps Baret Merah”.
Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochammad Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser.
Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Selanjutnya tanggal 18 Maret 1953, Markas Besar (Mabes) Angkatan Bersenjata Republi Indonesia (ABRI: nama TNI waktu itu) mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Selanjutnya pada tahun 1955 namanya diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan menambah kualifikasi Para kepada setiap prajuritnya.
Tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD).
Berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha disingkat KOPASSANDHA pada tahun 197.
Terakhir tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Sosok Pendiri Kopassus yang Dikabarkan Pernah Tampar Soeharto Muda, Punya Banyak Pengalaman, tribunmanado.co.id dengan judul Mengenal Pasukan-pasukan Berkualifikasi Komando di TNI, dari AD, AL hingga AU dan surya.co.id dengan judul: Perjalanan Hidup Kolonel Inf Alex Kawilarang Pendiri Kopassus, Kenyang dengan Pengalaman Tempur
Kisah Amir Syarifuddin, Pejuang Tiga Zaman: Kolonial, Jepang, dan Revolusi RI |
![]() |
---|
Kisah di Balik Nama Es Teler: Dari Celetukan Mahasiswa UI hingga Legenda Metropole |
![]() |
---|
3 Agustus dalam Sejarah: Mantan Presiden Soeharto Jadi Tersangka Korupsi Rp 600 Triliun |
![]() |
---|
Kisah Tsar Terakhir Rusia: Kejatuhan Nicholas II dan Runtuhnya 300 Tahun Kekuasaan Romanov |
![]() |
---|
Menengok Manado Abad 16: Lahirnya Borgo hingga Kisah Raja Posumah dan Damopolii Dibaptis Magelhaes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.