Berita Kota
Tips Pendakian yang Aman dari Pecinta Alam Kotamobagu Sulawesi Utara
Para pecinta alam di Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut), membagikan cerita dan tipsnya tentang pendakian.
Penulis: Diki Cahya Mulya Gobel | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Para pecinta alam di Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut), membagikan cerita dan tipsnya tentang pendakian.
Sebelumnya, publik sempat dihebohkan dengan kabar duka dari seorang pendaki yang tewas saat mendaki di puncak Gunung Soputan, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulut.
Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi para pendaki untuk selalu berhati-hati dalam melakukan pendakian.
Termasuk tips agar aman dalam mendaki, seperti yang dibagikan beberapa pecinta alam di Kotamobagu, Sulawesi Utara.
“Persiapan pendaki yang harus dipersiapkan pertama diri kita sendiri kesehatan kita mental juga saat pendakian gunung mana yang kita akan dituju, kedua peralatan gunung yang harus dibawa yaitu carrier, tenda, senter, P3K, kompas dan ketiga faktor cuaca harus memungkinkan saat pendakian,” kata Aswar Dilapanga, Ketua Himpunan Pemuda Pecinta Alam Biosfer Kotamobagu, Sabtu (1/6/2024).
Aswar kemudian membagikan suka duka tentang pengalaman mendakinya.
“Suka dukanya saat pendakian lebih ke sukanya sih karna pertama menambah pengalaman juga, keindahan gunung yang kita daki makan bersama teman yang sama-sama mendaki soalnya beda makan di kota dan di gunung, kalau dukanya kayaknya tidak ada, lebih ke sukanya masih banyak sukanya tapi tidak dapat diungkapkan. Hal yang paling berkesan pas naik di gunung kelabat itu kita naik 10 orang 6 laki-laki 4 perempuan itu kita start dari awal jam 17.30 WITA kita sampai di camp jam 04.00 WITA subuh,” ucapnya
“Klo saat naik gunung alhamdulillah tidak ada pengalaman tersesat sih karna yang membuat tersesat itu diri kita sendiri saat badan kita sudah lelah dipaksakan mendaki akhirnya kita tidak fokus lagi saat pendakian,” tuturnya.
Menurut Aswar, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat mendaki.
“Hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat mendaki pertama jangan mengambil apapun saat mendaki selain gambar. Kedua, jangan meninggalkan apapun kecuali waktu, jangan melanjutkan pendakian bila saat mendaki kabut tebal itu bisa-bisa kita tersesat atau keluar jalur bisa-bisa kita masuk jurang,” kata Aswar.
Seperti Aswar, Ketua Umum Mapala Wallacea Universitas Dumoga Kotamobagu (UDK), Adi Golonggom, juga bagikan kisah pengalamannya selama mendaki.
“Bicara tentang pendakian pasti ada asiknya juga karna sebagai pecinta alam pasti orientasinya ke pendakian gunung, apalagi dilakukan dgn teman-teman dalam satu frekuensi pasti asik. Namun, tidak menepis juga pasti ada dukanya pasti setiap pendaki akan merasa kelelahan karena harus menguras kalori yang begitu hebat apalagi medannya yang lumayan hebat tanjakanya dari sebuah topografi itu sendiri, ya lumayanlah capeknya” kata Adi.
“Saya belum pernah sih, karna pada dasarnya setiap pendaki pasti harus menggali informasi di mana tempat atau gunung tujuan kita, sumber-sumbernya ya alangkah indahnya dari masyarakat yang ada di lingkar tempat tujuan/gunung, ditambah dengan penerapan manajemen perjalanan yang harus matang.
“Karena seorang pendaki kalau terjadi accident di lapangan, karena faktor kecerobohan itu menandakan manajemennya di bawah dari rata-rata, persiapan itu sangat penting baik barang-barang yang digunakan, terus logistik, alat navigasi dan keperluan mendasar dari sisi kesehatan (obat2tan dan) atau dulunya disebut p3k atau P2 mungkin sekarang.
“Dalam hal pendakian alangkah indahnya saling menghargai tempat di mana kita beraktifitas, apalagi tujuan kita hutan lindung atau hutan konservasi atau sejenisnya, menghargai masyarakat sekitar, apalagi adat istiadat yang berlaku di hutan sekitar, dan pasti dari sudut pandang pecinta alam jangan menebang pohon, dilarang berburu satwa apalagi satwa itu endemik, sangat diharamkan membuang sampah karena bisa saja itu bisa mengganggu satwa di sekitar karena mereka merasa asing apalagi yang sulit terurai dengan unsur hara, dan yang pasti harus menjaga kekeluargaan sesama pendaki, biasanya hal-hal itu sedikit terkikis karena kehadiran pendaki yang minim terkait dunia kepecinta alaman saya sebut dlm bahasa saya "pendaki dadakan" yang hanya ingin gaul dalam sebuah kepentingan gambar atau media sosial biasanya mereka-merak itu yang banyak menyumbang sampah yang hanya mengganggu nilai-nilai dari konservasi itu sendiri,” kata Adi menutup pembicaraan.
(Diki)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.