Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Jawaban Pemerintah Indonesia Soal Bantuan Untuk Pengungsi Palestina Diduga Dirusak Warga Israel

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengutuk keras penjarahan bantuan kemanusian bagi warga Palestina yang berada di Gaza.

Editor: Alpen Martinus
(Tangkap Layar Youtube MoFA Indonesia)
Menlu Retno Marsudi 

Tak berselang lama dari itu Militer Israel mulai melancarkan serangan udara dengan menembakkan sejumlah rudal ke Kota Rafah.

Militer Israel mengatakan 10 proyektil telah diluncurkan dari Rafah di Gaza selatan menuju area menuju Kerem Shalom yang merupakan tempat keluar masuknya truk bantuan kemanusiaan.

Serangan ini yang kemudian memaksa 80.000 orang berbondong-bondong meninggalkan Rafah demi menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Mereka dengan susah payah meninggalkan Rafah, bahkan selama tiga hari terakhir arus orang yang berjalan kaki atau menggunakan kendaraan hingga menimbulkan kemacetan.

Migrasi ini juga turut membuat Rafah yang dulunya ramai dihuni jutaan warga Palestina kini sepi bak kota hantu.

UNRWA, badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina mengatakan dalam tiga hari terakhir sekitar 80.000 orang telah meninggalkan Rafah.

Migrasi ini terpaksa dilakukan puluhan ribu warga Rafah setelah Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza Selatan itu.

“Sejak operasi militer pasukan Israel semakin intensif pada tanggal 6 Mei, sekitar 80.000 orang telah meninggalkan Rafah untuk mencari perlindungan di tempat lain,” kata UNRWA dikutip dari Al Arabiya.

Pengungsi di Kamp Muwasi Hadapi Kondisi Sangat Sulit

Ribuan orang yang mengungsi dari bagian timur kota Rafah di selatan Jalur Gaza ke daerah Muwasi yang relatif aman di utara mengalami kondisi yang keras dan kurangnya layanan bantuan.

Warga mengeluh tidak bisa mengakses toilet sementara air yang mengalir di Muwasi sangat sedikit.

Banyak dari mereka buang air di lubang berdinding yang mereka gali di luar tenda untuk menghindari antrian panjang di jamban umum dan menjaga privasi.

Warga Palestina mengatakan mereka terkadang menunggu berjam-jam untuk mengambil air minum dari kapal tanker yang mengirimkannya ke berbagai lokasi di kamp.

“Wilayah Al-Muwasi penuh sesak dengan lebih dari 400.000 orang,” komisaris jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menulis di X.

“Daerah ini tidak memiliki fasilitas untuk menampung lebih banyak orang dan tidak lebih aman dibandingkan wilayah lain di Gaza,” imbuhnya, dikutip dari APNews.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved