Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Seniman Sulut

Seniman Unik Asal Sulawesi Utara Diapresiasi Pelukis Dunia: Melukis Prabowo, Jokowi hingga Neymar

Rendi Tatalede seniman asal Minut Sulawesi Utara menuai pujian di medsos. Pujian datang dari berbagai ahli lukis dunia.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Arthur Rompis
Rendi Tatalede, seniman asal Sulawesi Utara yang mendapat pujian pelukis dunia. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Entah berapa jumlah pelukis cat air di dunia.

Namun hanya segelintir pelukis rambut di dunia. 

Pelukis rambut adalah mereka yang menggambar dengan media rambut.

Dari mereka yang jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari di seluruh dunia, salah satunya ada di Kelurahan Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Ia bernama Rendi Tatalede.

Proses kreatif Rendi sangat unik. 

Ia menciptakan lukisan dari rambut pelanggannya - Rendi juga berprofesi sebagai tukang gunting rambut. 

"Jadi rambut - rambut yang jatuh di lantai saya biarkan, kemudian malamnya saya melukis dengan rambut rambut itu di lantai, lalu saya posting di IG dan Tik Tok, ada pula yang saya lukis di kanvas," kata dia Rabu (8/5/2024).

Karya Rendi pun menuai pujian di medsos. 

Pujian datang dari berbagai ahli lukis dunia.

Gayanya melukis dianggap orisinal, unik dan progresif dengan tingkat kesulitannya sangat tinggi.

Bahkan ada yang menobatkannya sebagai ahli lukis rambut realis pertama di dunia.

"Kalau lukis rambut ada di Cina, tapi yang gaya realis hanya saya seorang," kata dia. 

Ditemui tribunmanado, Selasa (8/5/2024) tengah malam, Rendi sementara menggunting rambut pelanggan. 

Di bawah kakinya berserakan rambut dalam jumlah banyak.

"Saya selalu mohon maaf pada pelanggan karena rambut - rambut ini sengaja tak saya sapu, ini nantinya akan saya buat lukisan, mereka pun paham," kata dia. 

Di sesi wawancara, Rendi memperlihatkan pengetahuan mendalam tentang seni. Ia mengungkapkannya dengan penuh kerendahan hati. 

"Saya belajar otodidak," katanya. 

Jalan hidup Rendi memang khas seniman. 

Bergairah tapi kerap tertolak oleh mereka yang tak paham seni.

"Waktu SD saya kerap nonton film kartun dragon ball dan doraemon, kemudian saya gambar," kata dia.

Bakat seninya muncul seiring naluri bisnis.

Gambarnya ia fotokopi lantas jual ke rekan - rekannya. 

"Saya lantas dimarahi guru, karena dianggap masih kecil sudah cari uang," kata dia.

Sempat layu, bakatnya muncul lagi kala SMP. 

Bosan dengan pelajaran bahasa Inggris, ia malah menggambar gurunya.

Keseringan menggambar membuatnya kena damprat. 

"Banyak yang menyebut saya jalani hidup sia sia karena hanya menggambar," kata dia. 

Singkat cerita, ia lantas mengais rezeki jadi tukang gunting. 

Untuk menarik minat, pelanggan ia hadiahi lukisan. 

"Saya gambar wajah mereka, tapi hanya sedikit yang paham dan mengapresiasi," kata dia.

Suatu kali ia salah beli. 

Peristiwa inilah yang memicu lahirnya seorang seniman luar biasa. 

"Saya ganti melukis dengan rambut dan dimulailah," kata dia.

Ia ingat benar sosok pertama yang digambar adalah Yesus Kristus.

Kemudian menyusul Cristiano Ronaldo, Prabowo, Neymar, Adele, Bruce Lee, Iwan Fals hingga Jokowi.

"Pernah pula saya gambar mesjid di atas bulan dan orang sembahyang," katanya.

Untuk melukis di lantai, ia butuh 1 hingga 3 jam.

Ini dilakukan malam usai aktivitas menggunting rambut rampung.

"Biasanya lukisan saya posting dan kemudian hapus," kata dia.

Lebih sulit lagi baginya melukis permanen di kanvas. Butuh seharian.

"Prosesnya sangat sulit," kata dia.

Sejauh ini ada tiga lukisan permanen yang ia rampungkan.

Ada Prabowo, Mr Bean dan Shin Tae Yong.

"Sin Tae Yong baru saya lukis," katanya.

Dasar seniman, kadang ia melukis dengan sebuah pesan khusus.

Pernah ia melukis lantas menghapus dengan cepat. 

Pesannya adalah harta dunia tak abadi. 

"Dari puluhan ribu pengagum lukisan saya, hanya satu dua yang paham, tapi itulah seni," kata dia.

Rendi sangat ngetop di dunia maya.

Ada puluhan ribu penggemarnya, termasuk di luar negeri, diantaranya para kritikus seni. 

Tapi itu berbanding terbalik dengan di daerah ini.

Ia relatif belum dikenal. Karyanya belum diapresiasi.

"Yah mungkin seperti itu," kata dia sembari tersenyum.

Dirinya berharap terus mengembangkan teknik melukis rambut. 

Dengan harapan bahwa karya lukisnya akan menambah kebanggaan terhadap dunia seni di Indonesia, terlebih Minahasa Utara. 

"Harapan saya agar lebih diapresiasi, itu saja, saya juga tak mau uang atau apa, cita cita saya adalah seni dapat diapresiasi," katanya. (Art)

 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved