Opini
Belt and Road Initiative Tiongkok: Wujud Pemikiran Tianxia dan Potensinya Mengubah Tatanan Dunia
Belt and Road Initiative (BRI) atau Prakarsa Sabuk dan Jalan menjadi garis haluan Tiongkok dalam upaya integrasi ekonomi regional
Penulis: Anastasia Adrianti ST
* Civil Engineer dan Mahasiswa Pasca Sarjana STF Driyarkara - Jakarta
Belt and Road Initiative (BRI) atau Prakarsa Sabuk dan Jalan menjadi garis haluan Tiongkok dalam upaya integrasi ekonomi regional, demi kepentingan domestik dan internasional sekaligus sebagai pengejawantahan pemikiran filosofis Tianxia. Esensi Tianxia telah melintasi abad sejak jaman kekuasaan dinasti dan berpotensi membuka konsep baru hubungan politik, ekonomi dan budaya dalam tatanan dunia.
Belt and Road Initiative (BRI)
Tahun 2008 adalah masa krisis ekonomi global yang berdampak terpuruknya perekonomian di berbagai negara termasuk Tiongkok. Di lain sisi permasalahan ini menjadi salah satu pemantik munculnya ide gagasan tentang kebijakan Belt and Road Initiative atau BRI.
Pemerintah Tiongkok menggelontorkan stimulus senilai ¥4 triliun sebagai upaya penanganan krisis tersebut dengan menerbitkan kontrak untuk pembangunan jalur kereta api, jembatan, dan bandara. https://www.chathamhouse.org/2021/09/what-chinas-belt-and-road-initiative-bri. Namun, upaya tersebut mengakibatkan titik jenuh pasar atau kegiatan ekonomi di Tiongkok dan menimbulkan excess atau kelebihan kapasitas dalam negeri.
Adanya BRI memberikan celah alternatif untuk BUMN Tiongkok melakukan kegiatan ekonomi di luar batasan Tiongkok. Selain itu, latar belakang lain yang menjadi pertimbangan internal dalam membentuk BRI adalah pemulihan kondisi ekonomi pada daerah tengah dataran.
Secara historis daerah tersebut tertinggal dibandingkan wilayah pesisir yang lebih sejahtera (ketimpangan ekonomi yang signifikan) sehingga BRI menjadi sarana penggerak perekonomian daerah tengah daratan. Melansir tulisan berjudul What is China’s Belt and Road Initiative https://theconversation.com/apa-itu-prakarsa-keamanan-global-cina-dan-bagaimana-indonesia-harus bersikap-202753 Pemerintah Tiongkok menggunakan BRI sebagai pendorong gerakan roda perekonomi di daerah pusat sekaligus menjadi sarana untuk menjaga perbatasan di daratan Asia.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya bahwa BRI menjadi pembuka jalan bagi diplomasi kemitraan perdagangan dan infrastruktur dengan negara-negara di sepanjang perbatasan darat yang sangat luas tersebut.
Mengapa Tianxia?
Kemajuan signifikan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari imaji karakter masyarakat yang bertalian erat dengan pemikiran filosofis China dalam aspek Tianxia. Mengapa Tianxia? Raditio menjelaskan dalam: “Tianxia: Filsafat China Tentang Pemerintahan Dunia” (no.01-02, tahun ke-70, 2021), Tianxia memiliki sedikitnya tiga arti penting yang patut dipertimbangkan dalam kebijakan ekonomi dunia internasional: Pertama, pemikiran filosofis Tianxia telah mempengaruhi dunia akademik internasional ketika tahun 2005 Zhao Tingyang seorang filsuf China menerbitkan buku tentang: Sistem Tianxia: Filsafat untuk Institusi Dunia. Kedua, kaum elite dunia dan akademisi mengkritisi China sebagai negara yang sangat bergantung pada historisitas bangsa dalam menjalankan semua bentuk kebijakan dalam roda pemerintahannya baik internal maupun eksternal. Ketiga, BRI dalam bingkai Tianxia berpotensi untuk membuat perubahan dalam tatanan dunia (world order).
Tianxia Dalam Perspektif Filosofis
Tianxia pada hakikatnya merupakan wajah tradisional Tiongkok dan lebih dikenal dan dihayati dalam pengertian “semua di bawah langit” dengan lingkup keharmonisan dari keaneka-ragaman kebudayaan etnis dan peradaban yang hidup berdampingan sehingga semua terikat dan terhubung menjadi satu kesatuan. Dengan demikian, makna Tianxia selaras dengan tatanan global dalam hal menyatukan dunia. Semua negara terkoneksi untuk mencapai tujuan dan masa depan bersama di bawah langit melalui kerjasama antar negara. Harapan ini diwujudkan dalam bingkai Prakarsa Sabuk dan Jalan.
Dalam kerangka pemikiran filosofis, Tianxia sangat berakar pada ajaran Konfusius dan kerjasama antar negara merupakan cita-cita dari Konfusius bahwa semua orang hidup berdampingan “Semua manusia adalah saudara di empat lautan” dunia adalah satu keluarga besar.
(China Focus http://www.cnfocus.com/a-community-with-a-shared-future-for-mankind-and-chinese/). Tianxia mengandung unsur-unsur utama yaitu sukarela, saling memberikan keuntungan persoalan tributary atau hirarkis, keterbukaan atau inklusif, konektivitas dan relasional kedaulatan relatif. Melalui BRI dalam semangat Tianxia, Tiongkok telah mengimplementasikan perannya dalam memberikan dukungan bagi banyak negara berkembang terkait pertumbuhan ekonomi.
Dikatakan oleh Koh King Kee dalam jurnal bertajuk “A Community with a Shared Future for Mankind and Chinese Worldview of “Tianxia” bahwa BRI merupakan proyek lintas benua dengan misi meningkatkan hubungan secara global mengacu pada aspek-aspek penting seperti hubungan timbal balik, pembangunan bersama demi terciptanya manfaat bersama. Konektivitas tersebut belum pernah ada sebelumnya sehingga keberadaan BRI menjadi upaya bersama untuk mengatasi tantangan global, memupuk perdamaian, dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB tahun 2030.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Konfusius “Berbagi manfaat dengan dunia ketika seseorang sejahtera” dalam bentuk kerjasama internasional dan menjernihkan fakta tentang kebangkitan Tiongkok merupakan wujud kekuatan global yang besar.
Dalam buku Chinese Visions of World Order: Tianxia, Culture, and World Politics. Ban Wang memaparkan lanskap pemikiran filosofisnya tentang lahirnya Tianxia, pemikiran yang bertitik pijak pada visi sebuah sistem dengan negara sebagai sumbernya. Berawal dari kerajaan kecil Zhou dengan pamor moralitasnya mampu mengalahkan Dinasti Shang yang sarat dengan korupsi pada era tahun 1046 – 771 SM.
Dengan kondisi wilayah-wilayah yang terpecah, pemerintahan Dinasti Zhou berupaya menyatukan melalui budaya moralitas, kehidupan sosial dan ekonomi seluruh lapisan kekuatan kelompok-kelompok yang tidak sejalan, dalam satu wadah sistem politik yang berpusat pada negara.
Inilah momentum terciptanya Tianxia dalam kerangka pola pikir kehidupan bernegara Tiongkok sampai dengan masa kini melalui berbagai perubahan corak implementasi ke arah kemajuan dengan terbukanya hubungan terhadap dunia internasional. Misi Tiongkok menerapkan esensi Tianxia ke dalam konteks ruang yang lebih luas, terarah keluar dari batasannya melalui BRI dan berpotensi mengubah tatanan dunia khususnya dalam sistem sosial politik dan ekonomi.
Potensi BRI Mengubah Tatanan Dunia
Dalam Understanding China’s Belt and Road Initiative, Peter Cai mengatakan Pemerintah Tiongkok telah mengisyaratkan bahwa BRI merupakan instrumen strategis untuk menghadapi kebijakan Amerika Serikat dalam ikatan TPP atau Kemitraan Trans-Pasifik.
Ketika Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS dan membuat larangan dukungan terhadap TPP, momentum ini dimanfaatkan Presiden Xi untuk lebih intens memperluas posisi Tiongkok sebagai pionir perdagangan regional. Banyak negara terutama sekutu AS yang menunjukkan antusiasnya pada BRI dalam konsep membangun kesatuan relasi dari segi ekonomi dan keamanan. Tujuan utama adalah mewujudkan jalinan produksi regional dan Tiongkok berposisi sebagai barometer standar dan pusat manufaktur bersumber pada kemajuan inovasi.
Raditio menjelaskan dalam tulisannya “Tianxia: Filsafat China Tentang Pemerintahan Dunia” tentang karakter BRI dalam perspektif kerangka dunia kontemporer di antaranya yang terpenting adalah bahwa BRI bukan mengambil atau menyerap negara-negara pendukungnya tetapi memegang teguh prinsip sukarela bagi siapa saja yang ingin ambil bagian.
Selain itu, walaupun BRI mengacu pada sistem hierarkis tetapi tidak terlibat di dalam ruang domestik negara anggota. Namun demikian, Tiongkok tetap membutuhkan pengakuan secara implisit tentang eksistensinya sebagai negara besar yang mencetuskan dan menentukan kebijakan BRI.
Refleksi Kritis
Walaupun imaji ambisius melekat pada inisiatif BRI, tetapi mau tidak mau diakui oleh negara-negara di dunia bahwa Tiongkok memiliki gagasan selangkah ke depan dalam upaya rekonstruksi kebijakan internal yang pada akhirnya memberikan pengaruh signifikan dalam tatanan global pada aspek hubungan sosial politik dan ekonomi lintas negara.
Hal ini pada hakikatnya bersumber pada identitas sejarah yang telah mengkristal dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. BRI menjadi sarana konektivitas kegiatan pembangunan sosial ekonomi antar negara sekaligus ingin mewujudkan kebangkitan Tiongkok dan secara tidak langsung menjadi jalan untuk menggugat kemapanan hegemoni AS dalam kancah internasional.
Tianxia sebagai bingkai BRI telah membuktikan karakter visionernya dalam aspek pemikiran filosofis di masa lalu yang terkoneksi dengan masa depan.
Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Presiden Xi Jinping dalam pidatonya di Institut Hubungan Internasional Negeri Moskow pada tahun 2013 yaitu: Konsep “Komunitas dengan Masa Depan Bersama untuk Umat Manusia”, mewujudkan perspektif dunia secara universal sebagai satu kesatuan, tempat semua negara saling terhubung dan semua orang mempunyai masa depan yang menjanjikan di bawah Langit. (Kee, 2023). (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.