Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pahlawan Nasional Sulut

Kisah Perjuangan Bataha Santigo, Pahlawan Nasional Asal Sangihe Sulut, Mati di Tiang Gantungan VOC

Daftar pejuang asal Sulawesi Utara yang menjadi Pahlawan Nasional segera bertambah. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Chintya Rantung
HO
Tokoh pejuang asal Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Bataha Santiago 

Santiago tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan. Sebelumnya ia sudah mempersiapkan pasukannya dengan senjata sederhana apa adanya. 

Penandatanganan kontrak atau Palakat Panjang (Lange Contract) ditolak mentah-mentah. 

Apapun yang terjadi Santiago ingin tetap merdeka dan tidak mau dijajah. 

Akhirnya perangpun pecah tak terelakkan Iagi dan terjadi selama 4 (empat) bulan. 

Taktik mengalahkan musuh telah dilakukan oleh VOC Belanda lewat meja perundingan dan adu domba pun dilaksanakan. 

Santiago dapat dibujuk untuk duduk bersama di meja perundingan tetapi itu hanya cara akal - akalan saja.

Santiago ditangkap dan digiring ke Tahuna. Di sana ia masih ditanyai apakah mau menandatangani kontrak. 

Santiago tetap menolak. Iaakhirnya dibawa ke suatu tempat bernama Bungalawang untuk menjalani 
hukuman mati. 

Santiago digantung dan kepalanya dipancung. Kesetiaan atas kemerdekaan dibayar lunas dengan darah mengalir di Bumi pertiwi tercinta.

Memberdayakan masyarakat Selama memimpin Kerajaan Manganitu, Santiago memberdayakan rakyat dengan menerapkan berbagai hal seperti :

1. Menggiatkan penanaman cengkih, pala dan kelapa.

2. Melakukan pekerjaan secara gotong-royong seperti mendirikan rumah, membuka kebun, menanam padi ladang, dll.

3. Melakukan pekerjaan secara arisan yang dikenal dengan istilah Palose, yakni nembantu pekerjaan secara bergilir seperti memintal tali ijuk, memetik padi, mencukur kelapa untuk dijadikan minyak, dimana bahan-bahan tersebut dijual ke Ternate.

Butir kedua dan ketiga di atas dikenal dengan istilah Santiago, yakni “Banala Pesasumbalaeng” artinya semua pekerjaan harus dikerjakan bersama-sama.

4. Mempertahankan/mengembangkan adat dan budaya. Pada saat menanam padi di ladang dan mencukur kelapa diiringi lagu — lagu daerah seperti "Sasambo dan " Kakalumpang".

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved