Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Kisah Andris Kusir Bendi Selama 40 Tahun di Tomohon Sulut, Sekolahkan Anak hingga Perguruan Tinggi

Andris Lengkey, warga Tomohon, Sulawesi Utara, belajar mengendarakan bendi sejak usia 16 tahun dari ayahnya.

tribunmanado.co.id/Petrick Imanuel
Andris Johan Lengkey, Kusir Bendi (Delman) selama 40 tahun di Tomohon, Sulawesi Utara. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Andris Johan Lengkey, pria Kelahiran Tomohon 25 April 1954 menceritakan kisahnya menjadi Kusir Bendi (Delman) selama 40 tahun kepada Tribun Manado lewat Podcast Mobile, Selasa 6/11/2023 di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Andris Lengkey belajar mengendarakan bendi sejak usia 16 tahun dari ayahnya. 

"Karena memang sudah turun temurun, jadi saya juga senang waktu itu diajarkan bawa bendi," jelas Andris Lengkey pada Tribunmanado.co.id.

Di masa mudanya, kusir bendi adalah pekerjaan yang populer di Kota Tomohon.

"Dulu kalau sudah bawa bendi, so jadi orang terkenal," kata Andris Lengkey diakhiri tawa. 

Sembilan tahun dia jalani bekerja sebagai kusir bendi sembari mengumpulkan uang. 

Tiba di umur 25 tahun, Andris akhirnya melamar Yuliana Lenak.

Dari pernikahannya tersebut, Andris dikaruniai dua putri.

"Nama mereka Lingke Lengkey dan Natalia Lengkey," ucapnya.

Ia menjelaskan menjadi seorang ayah merupakan tanggung jawab yang sangat besar.

"Setelah menikah, saya tetap melanjutkan jadi kusir bendi. karena sudah berkeluarga jadi tanggung jawab semakin besar.

Andris mengaku pendapatan waktu itu sangat menjanjikan, apalagi saat mangkal di area pasar.

"Mungkin kalau di hitung sekarang, waktu itu bisa dapat Rp 350 ribu per hari. Jadi memang sangat menjanjikan".

Setelah itu, dia pendapatannya mulai menurun sejak 2015.

"Waktu itu kendaraan motor dan mobil semakin banyak, banyak anak sekolah juga sudah punya kendaraan sendiri.

Jadi mereka lebih memilih naik kendaraan pribadi dan itu tidak salah, walaupun masih ada juga yang masih naik bendi waktu itu ,"ujarnya.

Saat itu pendapatannya mulai menurun bahkan pernah pendapatan hanya Rp 50 ribu sehari.

Pendapatannya semakin menurun sampai di titik terendah yaitu masa Pandemi Covid-19.

"Pas Covid kan dilarang keluar rumah jadi saya waktu itu memang tidak bisa cari penumpang. Tapi bersyukur selama itu Tuhan masih berikan kesehatan dan kecukupan," ucap Opa dua cucu tersebut.

Ia juga bersyukur karena lewat pekerjaan itu, dia bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

"Saya sangat bersyukur, kalau sekarang orang anggap enteng pekerjaan ini, tapi Puji Tuhan lewat ini semua saya bisa sekolahkan anak saya sampai ke perguruan tinggi," jelasnya.

Saat ditanya kesulitan yang dialami waktu jadi pengendara bendi, ia menjawab tidak ada.

"Tidak ada kesulitan selama ini, walaupun memang beberapa kali pendapatan sangat kurang, lalu lewati pandemi covid, tapi itulah berkat yang saya terima, tidak bisa mengeluh. Semua Tuhan yang atur," lanjutnya.

Di akhir wawancara, ia berpesan pada setiap orang agar tetap bersyukur walaupun banyak masalah yang dihadapi.

"Jangan jadikan hidup ini sebagai beban, mau pendapatan kecil atau besar, saya hanya percaya Tuhan sudah menyediakan berkat kita sesuai dengan porsinya. Jadi tetap bersyukur," tutupnya.

Berikut profil singkat 

Nama : Andris Johan Lengkey
TTL : Tomohon, 25 /4 /1954

Istri : Yuliana Lenak (66)

Anak :
1. Lingke Lengkey (44)
2. Natalia Lengkey (35)
Cucu :
1. Imanuel Untu (17)
2. Noela Untu (8)
3. lavio Putra Bayong (15)

Pendidikan :
SD GMIM SATU SARONGSONG
ST Kaaten

Bendi di Tomohon Sulawesi Utara Sepi Peminat, Orang Lokal Sudah Tidak Pernah Naik Lagi

Lambaikan Tangan, Royke Roring dan Robby Dondokambey Diarak Naik Bendi di Minahasa Sulawesi Utara

Baca berita lainnya di: Google News

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini

 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved