Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Kolose 4:1-6, Jadi Anak Tuhan yang Benar

Disinilah anak Tuhan akan efektif menjalankan mandat pembangunan dan mandat pembaruan (pemberitaan Kabar Baik) secara efektif dan efisien

Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
HO
Renungan Harian Kristen Kolose 4:1-6, Jadi Anak Tuhan yang Benar 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Siapa bilang menjadi anak Tuhan itu hidupnya akan senang saja? memang selalu diberkati.

Namun makin banyak tantangan yang harus dihadapi.

Hidup mereka akan selalu dihakimi, jika melakukan kesalahan sedikit saja.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Mazmur 15:2, Menjaga Integritas

Renungan harian Kristen kali ini berjudul Jadi Anak Tuhan yang Benar

Ayat referensi diambil dalam kitab Kolose 4:1-6.

“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang (Kolose 4: 6).”

Ada beberapa komunitas group WA umum, yang memiliki kesamaan fenomena yang menyedihkan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Matius 5:14, Jadilah Terang

Ada sebuah grup dimana anak-anak Tuhan ada yang terkenal karena selalu mengeluh dan pesimis.

Di grup satunya seorang anak Tuhan terkenal suka “ngutang,” memelas bergantung pada bantuan teman-teman, dan grup yang
lainnya seorang anak Tuhan terkenal tidak pernah mengapresiasi orang lain, tidak mau mengalah /ingin selalu nomor satu dan dipuji.

Konteks ayat ini “…Hendaklah kata-katamu… jangan hambar” adalah umat berhadapan dengan kelompok belum percaya.

Hambar dalam kata aslinya juga berarti tanpa rasa garam.

Ini berhubungan dengan mandat orang percaya menjadi garam dunia.

Untuk memberi rasa ketika berada dalam dunia.

Ayat ini berbicara sikap dan tutur kata anak Tuhan yang seharusnya agar bisa menjadi jembatan komunikasi yang wajar dan nyaman bagi orang yang belum percaya sehingga bisa menceritakan Kabar Baik kepadanya dalam suasana persahabatan.

Dalam bahasa Jawa sikap demikian diistilahkan “ajur-ajer dadi panjer” dimana anak-anak Tuhan bisa hidup menyatu dengan sesama secara wajar dan akrab (menyatu) namun sekaligus menjadi patokan atau tolok ukur.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved