Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mata Lokal Memilih

Prabowo-Gibran Dinilai PDIP Cerminan Neo Orde Baru, Gerindra: 'Lebih Tepat Dikatakan New Reformasi'

Prabowo-Gibran Dinilai PDIP Cerminan Neo Orde Baru. Gerindra Menyebut: 'Lebih Tepat Dikatakan New Reformasi'

Editor: Frandi Piring
Tribunnews.com/Jeprima
Prabowo-Gibran Dinilai PDIP Cerminan Neo Orde Baru. Gerindra Menyebut: 'Lebih Tepat Dikatakan New Reformasi'. Potret Bacapres dan Bacawapres Pilpres 2024 Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Isu Orde Baru dan Reformasi mencuat menjelang Pilpres 2024.

Isu rezim Orde Baru berawal dari PDIP yang menyinggung bacapres-bacawapres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo-Gibran.

Elite Partai Gerindra pun memberikan tanggapan terkait hal tersebut.

Fadli Zon sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra menampik anggapan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat soal pasangan Prabowo-Gibran dianggap cerminan Orde Baru.

Ia mengatakan bahwa bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calan wakil presiden (bacawapres) Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka adalah pasangan untuk rezim New Reformasi,

Menurut Fadli, Prabowo selalu mematuhi prinsip-prinsip demokrasi dalam langkah politiknya.

“Saya kira tuduhan itu kurang tepat ya. Apa yang terjadi di dalam proses selama ini juga dalam proses yang demokratis,” ucap Fadli di Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023).

Ia menyatakan, perjuangan Prabowo untuk menjadi presiden tak bisa dianggap melanggar prinsip demokrasi dan konstitusi.

Pasalnya, Prabowo berproses cukup lama. Mulai dari awal membentuk Partai Gerindra itu sendiri.

“Jadi kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) langsung loncat atau lakukan tindakan-tindakan di luar konstitusi,” ucap dia.

Baginya, Prabowo-Gibran justru menggambarkan new reformasi.

Meski begitu Fadli tak menjelaskan dengan rinci apa yang disebutkannya itu.

“Menurut saya, lebih tepat dikatakan new reformasi,” sebutnya.

Di sisi lain, Fadli meminta para pendukung Presiden Joko Widodo tak menerapkan standar ganda.

Ia tak ingin hanya karena Jokowi saat ini memiliki sikap politik yang berbeda dengan pendukungnya, maka kinerjanya selama ini dianggap negatif.

“Saya kira apa yang terjadi ini kan bagian dari proses politik yang sudah biasa. Jadi tidak perlu bersedih hati, tidak boleh menangis,” imbuh dia.

Sebelumnya, Djarot menyatakan bacapres-bacawapres PDIP Ganjar Pranowo dan Mahfud MD berkomitmen untuk memperkuat demokrasi.

Ia menyatakan rakyat semakin cerdas melihat rekayasa hukum pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia capres-cawapres.

“Spiritualitas bangsa Indonesia mengajarkan bahwa tidak ada tempat bagi mereka yang demi ambisi kekuasaan,

dan cinta terhadap keponakan, lalu MK dikebiri, dan demokrasi pun mati," tutur Djarot dalam keterangan PDIP, Sabtu (4/11/2023).

Baca juga: Hashim Djojohadikusumo di Manado Sulawesi Utara: Prabowo-Gibran Petugas Rakyat

PDIP Sebut Prabowo Punya Jurus Menggoda dan Bujuk Rayu

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP sekaligus Sekretasi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto menyampaikan tiga pantun yang seolah menyindir kejadian pencopotan baliho Ganjar-Mahfud, Presiden Joko Widodo (Jokowi), hingga Prabowo Subianto.

Lewat pantun, Hasto menyinggung manuver Prabowo Subianto menjelang Pilprs 2024.

Rayuan serta bujuk rayu Prabowo meluluhkan satu keluarga yang berpaling terkait sikap politik untuk Pemilu 2024 mendatang.

Hasto mengatakan, pantun yang dibuatnya ini mencerminkan suasana hati PDIP maupun pendukung Ganjar-Mahfud.

"Pertama, 'Pulau Bali Pulau Dewata. Masyarakatnya ramah terbuka pada siapa saja. Namun, ada yang tega merusak suasana.

Melepas baliho dan bendera sebagai cermin ketidakadilan nyata'," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (4/11/2023).

Pantun Hasto yang pertama ini disambut tepuk tangan para hadirin di acara penerimaan dukungan dari Forum Alumni Angkatan Muda Muhammadiyah Bali di Renon, Denpasar, Sabtu kemarin.

"Pantun kedua, 'Bali bumi spiritual terkenal di dunia. Masyarakatnya religius dengan kultur khas Indonesia.

Di sini berlaku hukum karmapala. Bagi siapa pun yang cederai kasih Ibu Pertiwi demi perpanjangan kuasa'," ujar Hasto.

Tak berhenti di situ, Sekretaris Jenderal PDIP ini membacakan pantun ketiga yang dibuatnya.

Kali ini, ia dengan jelas ada sindiran untuk Prabowo Subianto yang merupakan bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju (KIM).

"'Pak Prabowo punya jurus menggoda. Bujuk rayunya pindahkan dukungan satu keluarga. Di sini kita memantapkan jiwa raga.

Dukung Ganjar-Mahfud MD dengan semangat menyala-nyala'," kata Hasto membacakan pantun ketiganya.

Menurut Hasto, tiga pantun ini merupakan suasana hati dirinya dan akar rumput yang ditemui di Bali.

Hasto mengaku, ia harus menyampaikan hal ini karena memang di Bali juga menjadi ruang ekspresi untuk menyampaikan kejujuran nurani.

"Di Bali ini suasana hati menjadi terbuka. Di Bali ini keseimbangan alam raya dijaga dengan baik dengan semangat Trihita Karana.

Bagaimana kebahagiaan manusia muncul?

Ketika kita jaga keseimbangan dengan Sang Pencipta dengan seluruh alam raya dan seisi alam semesta," ujar Hasto.

Ia lantas mengatakan, dalam politik pun sama, yakni jangan pernah meninggalkan rakyat.

Hasto mencontohkan Ganjar dan Mahfud. Ia menyebut keduanya berpolitik mengikuti seluruh jalan spiritualitas.

"Kemarin datang ke Makam Bung Karno mendoakan Bapak Bangsa kita, Bapak Proklamator kita, tetapi juga sekaligus membangun tekad komitmen di hadapan Bung Karno

dan seluruh pahlawan Indonesia untuk menjadikan kekuasaan sebagai dedikasi, rakyat sebagai sebagai sumber inspirasi," ujar Hasto.

Baca juga: Muhaimin Iskandar Cerita Momen Pertemuan dengan Gibran di Solo, Saling Tanya Hal Ini

Tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved