Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30 S PKI

Kisah Hidup Letkol Untung Pimpinan Tjakrabirawa, Penculik Para Jendral, Tewas Dieksekusi Regu Tembak

TNI sampai mengerahkan anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (kini Kopassus) buat memburu Untung.

Editor: Alpen Martinus
Foto Istimewa/Kolase
Letkol Untung Dieksekusi Mati karena Pimpin G30S PKI 1965. 

Meski begitu sekolahnya tidak se-elit HIS atau ELS.

Ia melanjutkan sekolah dagang setelah lulus sekolah dasar.

Pendidikannya terputus sebelum lulus ketika tentara Jepang mendarat dan menguasai Jepang.

Akhirnya Untung bergabung dengan Heiho, sedangkan teman-teman sebayanya mendaftarkan diri di PETA.

Alasan Untung masuk Heiho agar bisa dikirim ke front.

Untung mendapat pelatihan dunia militer serta bahasa Jepang.

Setelah Heiho dibubarkan, Untung yang masih menggunakan nama lahirnya itu menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI.

Dilansir dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualan (2010) karya Julius Pour, semasa perang kemerdekaan Kusman bertugas di daerah Wonogiri sebagai anggota batalyon Soedigdo.

Batalyon Sudigdo merupakan bagian dari Divisi Panembahan Senopati yang berbasis di Jawa Tengah bagian selatan.

Banyak dipengaruhi paham-paham komunis/marxisme.

Nama Untung mulai digunakan Kusman setelah peristiwa Madiun dan Agresi Militer Belanda II.

Ia kembali ke Jawa Tengah dan menggunakan nama Untung.

Dirinya kembali bergabung dengan TNI dan pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon Banteng Raider.

Untung sempat ikut dalam Operasi 17 Agustus pada 1958 yang dipimpin Ahmad Yani.

Saat itu Untung masih menjadi Komandan Kompi dengan pangkat Letnan Satu. Pada 1959, Untung kembali ke Jawa Tengah.

Setelah operasi selesai, Untung menjadi Komandan Batalyon 454/para Banteng Raiders Dipenogero, Srondol, selatan Semarang. Saat itu pangkatnya Mayor.

Sekitar 14 Agustus 1962, Untung diterjunkan ke daerah Sorong, Papua Barat.

Untung merupakan bagian dari Operasi Mandala yang dipimpin Soeharto.

Operasi militer itu sukses, ia mendapat kenaikan pangkat secara istimewa dari mayor ke Letnan Kolonel.

Selain itu, Untung juga mendapatkan bintang jasa setelah memimpin pasukan gerilya menyerang tentara Belanda di Papua Barat.

Karier militer Untung terbilang baik. Ia dipercaya untuk menjabat Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa.

Seperti yang diketahui, Untung kemudian mengangkat diri sebagai Ketua Dewa Revolusi sekaligus memimpin Gerakan 30 September hanya untuk melindungi bapak nasionalis Indonesia, Sukarno yang sekaligus menjadi atasan Untung.

Saat menjadi Ketua Dewan Revolusi, dirinya dikenal dengan nama baru yaitu Untung Syamsuri.

Tidak banyak yang ingat bahwa nama tersebut dulunya adalah Kusman.

Akhir dari riwayatnya, Untung dijatuhi hukuman mati di Cimahi.

Grasinya ditolak dan harus berhadapan oleh para regu tembak. Dirinya meninggal tahun 1966.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id 

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved