Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk Miskin di Sulawesi Utara Meningkat, Ini Penyebabnya 

Kendati terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara adalah yang terendah se-Sulawesi.

|
tribunmanado.co.id/Ferdi Guhuhuku
Suasana malam di food court Pasar Bersehati Kota Manado Sulawesi Utara, Kamis (1/5/2023). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara kembali mengalami tren peningkatan. 

Badan Pusat Statistik atau BPS Sulut mencatat, penduduk miskin di Sulawesi Utara pada Maret 2023 bertambah menjadi 189 ribu orang atau naik 1.670 orang terhadap September 2022 (187.330 orang).

Jika dibandingkan data Maret 2022 yakni 185.140 penduduk mikskin, terjadi peningkatan sebanyak 3.860 orang.

Persentase penduduk miskin di Sulut pada Maret 2023 sebesar 7,38 persen atau naik 0,04 persen poin terhadap September 2022 dan naik 0,10 persen poin terhadap Maret 2022.

Data tersebut dikutip dari Berita Resmi Statistik yang disusun dan dirilis Kepala BPS Sulut Asim Saputra MEc DEV, 17 Juli 2023.

Data ini juga mengungkap terjadinya disparitas (jarak atau perbedaan) yang masih tinggi antara kemiskinan di kota dan kemiskinan di desa. 

 

 

Penyebab

Angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada Maret 2023 itu dipengaruhi oleh fenomena sosial ekonomi sebagai berikut:

1. Laju Inflasi

Selama periode September 2022-Maret 2023, laju inflasi umum tercatat sebesar 1,13 persen.

2. NTP meningkat dan diatas 100

Nilai Tukar Petani atau NTP di Sulut Maret 2023 sebesar 106,12, lebih rendah di banding NTP September 2022 yang sebesar 107,82. 

NTP diatas 100 menunjukkan harga yang ditrima petani lebih besar daripada yang dibayarkan.

3. Konsumsi rumah tangga

Pengeluaran Konsumsi rumah tangga (ADHK) Triwulan I 2023 sebesar Rp 11,118 triliun, lebih rendah dibanding pengeluaran konsumsi rumah tangga (ADHK) triwulan III 2022 sebesar Rp 11,123 triliun.

Data BPS menyebut peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan (GK) jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. 

Pada Maret 2023, komoditi makanan menyumbang sebesar 77,87 persen terhadap Garis Kemiskinan. Sedangkan komoditi bukan makanan menyumbang 22,13 persen.

Pada Maret 2023, secara rata-rata satu rumah tangga miskin di Sulawesi Utara memiliki 4,90 anggota rumah tangga.

Adapun komoditi yang berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan perkotaan di Sulawesi Utara adalah: beras (26,18), rokok kretek filter (11,60), tongkol/tuna/cakalang (6,78) dan cabe rawit (3,21).

Komoditi makanan lain yang memengaruhi adalah kue basah (3,17), telur ayam ras (2,86), bawang merah (2,19), gula pasir (2,12), mi instan (1,99), dan roti (1,39). 

Sedangkan komoditi non-makanan yang memengaruhi antara lain perumahan (7,92), bensin (2,82), listrik (2,66), perlengkapan mandi (1,32) dan pendidikan (1,11)

Indeks Keparahan Kemiskinan

Tingkat keparahan kemiskinan di daerah perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan di Sulawesi Utara.

Hal ini mengindikasikan bahwa di antara penduduk miskin pun rata-rata pengeluaran per kapita per bulan memiliki variasi yang tinggi (ketimpangan tinggi).

Kemiskinan Se-Sulawesi

Kendati terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara masih di bawah persentase penduduk miskin nasional dan paling rendah dibandingkan provinsi lain di Pulau Sulawesi.

Berikut persentase kemiskinan nasional dan 6 provinsi se-Sulawesi:

  • Nasional: 9,36 persen
  • Sulawesi Utara: 7,38 persen
  • Sulawesi Selatan 8,70 persen 
  • Sulawesi Tenggara: 11,43 persen
  • Sulawesi Barat: 11,49 persen
  • Sulawesi Tengah: 12,41 persen
  • Gorontalo: 15,15 persen

Berdasarkan data di atas, maka persentase kemiskinan Sulawesi Utara adalah yang paling rendah se-Sulawesi. Sedangkan yang tertinggi adalah Gorontalo. (jum)

 


 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved