Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kesehatan

Mengenal Antraks, Penyakit Zoonosis yang Sebabkan 3 Warga Gunungkidul DIY Meninggal

Antraks merupakan penyakit zoonosis yang berbahaya bagi manusia. Bakteri penyebab Antraks akan dilindungi spora yang menyebabkan sulit mati.

Editor: Isvara Savitri
Kolase Tribun Manado
Ilustrasi penyakit antraks. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebanyak tiga warga dilaporkan meninggal dunia di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta setelah terjangkit Antraks.

Antraks merupakan satu di antara penyakit zoonosis atau menular dari binatang ke manusia.

Penyebabnya adalah bakteri Bacillus Anthracis.

Biasanya, bakteri ini menyerang hewan herbivora.

Manusia yang dekat dengan hewan herbivora harus lebih berhati-hati.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi.

"Antraks ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba dan yang lain. Dan yang paling penting, penyakit ini bisa menular pada manusia," jelas Imran, dalam konferensi pers virtual bertajuk 'Update Situasi Antraks di Indonesia' di kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Kamis (6/7/2023).

Imran kemudian menjelaskan bahwa bakteri yang menyebabkan penyakit ini akan membentuk spora jika kontak dengan udara.

Spora inilah yang nantinya berfungsi sebagai pelindung bakteri tersebut.

"Nah bakteri penyebab Antraks ini bila kontak dengan udara itu akan membentuk spora, di mana spora ini fungsinya sebagai pelindung. Sehingga bakteri yang ada di dalam spora ini akan sulit untuk mati, karena dia terlindungi dengan spora ini," kata Imran.

Oleh karena itu, bakteri penyebab penyakit ini akan tetap hidup di dalam tanah, bahkan hinggap puluhan tahun lamanya.

"Dan ini bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah," pungkas Imran.

Pernyataan ini ia sampaikan saat muncul kasus penularan virus Antraks yang dialami puluhan warga Gunung Kidul, Yogyakarta dan menewaskan tiga orang.

Imran pun meminta masyarakat mewaspadai penyakit ini, khususnya di wilayah yang terjangkit penyakit ini, yakni Yogyakarta.

"Jadi memang ini suatu hal yang kita perlu waspadai bersama," kata Imran.

Ia menuturkan bahwa penyakit ini sebenarnya telah muncul di Yogyakarta pada 2016 hingga 2022, namun belum ada yang sampai meninggal dunia.

Namun pada tahun ini, kasus Antraks mencatat angka kematian pada 3 orang warganya.

Perlu diketahui, orang pertama yang meninggal telah dinyatakan positif terinfeksi Antraks.

Sedangkan dua lainnya belum terkonfirmasi, kendati demikian dua orang ini diketahui melakukan kontak erat dengan bangkai sapi yang dikonsumsi warga Gunung Kidul.

Oleh karena itu, secara luas ia mengimbau masyarakat agar waspada jika muncul gejala yang menyerupai tanda penyakit ini.

Baca juga: Ingat Pembunuhan Siswi SMK di Bogor? 4 Tahun Berlalu Pelaku Belum Terungkap, Kini Kasus Diusut Lagi

Baca juga: Contoh Doa Pembuka Ibadah Kristen, Singkat dan Mudah Diingat

Selain itu, masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) jika telah melakukan kontak erat dengan sapi yang mati secara tiba-tiba.

"Bagi masyarakat, kalau terjadi gejala-gejala seperti kulit melepuh, kemudian pernah kontak dengan sapi yang tidak jelas kematiannya, maka harus segera melaporkan ke faskes," jelas Imran.

Sebelumnya, puluhan warga Kelurahan Candirejo, Gunung Kidul Yogyakarta dinyatakan positif terinfeksi virus Antraks.

Dari 125 orang yang diperiksa, sedikitnya 87 warga Dusun Jati, Gunung Kidul dinyatakan positif tertular virus ini, sedangkan satu orang meninggal dunia.

Apa itu penyakit Antraks?

Dikutip clevelandclinic.org, Kamis (6/7/2023), Antraks merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh paparan bakteri Bacillus anthracis, yakni bakteri tidak aktif atau tidak aktif di dalam tanah.

Penyakit Antraks sebagian besar menyerang hewan yang memijak tanah yang memiliki bakteri.

Manusia dapat terinfeksi penyakit ini melalui spora bakteri yang terhirup, makanan atau air yang terkontaminasi, hingga luka pada kulit.

Penggunaan antibiotik adalah pengobatan lini pertama yang dapat diberikan terhadap infeksi yang berpotensi mematikan ini.

Sedangkan perawatan lainnya termasuk di antaranya vaksinasi.

Kronologi 93 orang terjangkit antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kronologi 93 orang terjangkit antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). (Istimewa)

Apa saja jenis Antraks?

Jenis-jenis Antraks mencerminkan berbagai cara bakteri itu memasuki tubuh anda, meliputi:

- Cutaneous (kulit)

Antraks pada kulit, biasanya berasal dari bakteri yang menginfeksi tubuh melalui luka pada kulit.

Penyakit ini adalah bentuk yang paling umum dan paling tidak mematikan.

Dokter hewan dan orang yang menangani bulu, kulit atau rambut hewan berada pada risiko tertinggi paparan infeksi ini.

- Gastrointestinal

Jenis Antraks ini biasanya terjadi pada orang yang makan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi.

Bakteri mempengaruhi kerongkongan, tenggorokan, perut dan usus.

- Antraks inhalasi

Baca juga: Anggota DPRD Manado Sebut Penertiban Badut di Jalan Tidak Sesuai Perda: Mereka Orang Kreatif

Baca juga: Chord Lagu Singkong Keju - Bill and Brod, Kunci Gitar Em

Orang yang menghirup spora Antraks dapat mengembangkan bentuk Antraks yang mematikan.

Ini dapat menyebabkan masalah pernafasan yang parah dan kematian.

Antraks inhalasi terkadang disebut penyakit woolsorter karena orang yang bekerja di pabrik wol serta rumah jagal dan penyamakan kulit dapat menghirup spora dari hewan yang terinfeksi.

- Injeksi

Orang yang menyuntikkan heroin bisa terkena Antraks injeksi.

Antraks injeksi menyebabkan infeksi jauh di bawah kulit atau otot.

jfdngfbjnghlkmn
Ilustrasi penyakit antraks.

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia namun cenderung terjadi di negara berkembang yang tidak melakukan vaksinasi pada hewan ternaknya.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bakteri Penyebab Antraks Dilindungi Spora, Bisa Bertahan Hidup Puluhan Tahun dalam Tanah.

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved