Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Sulawesi Utara

Kisah Badut Lampu Merah di Manado Goyang dari Pagi hingga Kelelahan, Uang Didapat Harus Setor ke Bos

Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik di lampu merah.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
kolase Tribunmanado/ HO
Wajah Sedih di Balik Topeng Lucu, Kisah Badut Lampu Merah di Manado Sulawesi Utara 

Saya pun mewawancarai Kude. 

Dia tak keberatan bercerita tentang hidupnya dari sebelum menjadi badut hingga kini. 

Kude berasal dari Gorontalo. 

Kesulitan ekonomi membuatnya tak bersekolah.

Karena itu, tak banyak pilihan baginya untuk bertahan hidup. 

Makanya, tawaran jadi badut langsung disambar Kude dengan sukacita. 

"Saya bekerja dengan senang hati," katanya. 

Majikan Kude ada di Paal Dua.

Bersama sejumlah rekannya, Kude menjelajahi lampu merah di Manado untuk mengais rezeki. 

Pekerjaan badut lampu merah, sebut dia, sangat sulit, butuh stamina tinggi.

Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik. 

Itu semua dilakoni dalam balutan kostum badut yang sangat tebal. 

"Gerah rasanya, keringat banyak sekali. Kalori terbakar sangat banyak," katanya. 

Kude beberapa kali nyaris pingsan karena kehabisan tenaga.

"Syukurlah bisa teratasi. Saya harus bekali dengan pocari sweat agar tak habis tenaga," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved