Manado Sulawesi Utara
Kisah Badut Lampu Merah di Manado Goyang dari Pagi hingga Kelelahan, Uang Didapat Harus Setor ke Bos
Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik di lampu merah.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Indry Panigoro
Saya pun mewawancarai Kude.
Dia tak keberatan bercerita tentang hidupnya dari sebelum menjadi badut hingga kini.
Kude berasal dari Gorontalo.
Kesulitan ekonomi membuatnya tak bersekolah.
Karena itu, tak banyak pilihan baginya untuk bertahan hidup.
Makanya, tawaran jadi badut langsung disambar Kude dengan sukacita.
"Saya bekerja dengan senang hati," katanya.
Majikan Kude ada di Paal Dua.
Bersama sejumlah rekannya, Kude menjelajahi lampu merah di Manado untuk mengais rezeki.
Pekerjaan badut lampu merah, sebut dia, sangat sulit, butuh stamina tinggi.
Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik.
Itu semua dilakoni dalam balutan kostum badut yang sangat tebal.
"Gerah rasanya, keringat banyak sekali. Kalori terbakar sangat banyak," katanya.
Kude beberapa kali nyaris pingsan karena kehabisan tenaga.
"Syukurlah bisa teratasi. Saya harus bekali dengan pocari sweat agar tak habis tenaga," katanya.
Tiket Kapal Ludes, Penumpang Padati Pelabuhan Tahuna Tujuan Manado |
![]() |
---|
Daftar Lengkap Harga Bahan Pokok di Pasar Bersehati Manado, Selasa 29 Juli 2025 |
![]() |
---|
Kronologi Korsleting Listrik Nyaris Sebabkan Kebakaran di Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Andrei Angouw Hadiri Peletakan Batu Pertama IPLT di Manado, Ucapkan Terima Kasih ke Pemerintah Pusat |
![]() |
---|
Kronologi Keributan Antar Pemuda di Kombos Timur Manado, Sempat Salah Paham di Medsos |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.