Info Kesehatan
Asupan Gizi Minim, Gaya Hidup hingga Kebiasaan Makan yang Keliru Jadi Pemicu Kasus Stunting
Meski terjadi penurunan tingkat kemiskinan, kenyataannya problem gizi dan kesehatan anak masih terus bermunculan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Stunting merupakan masalah gizi kronis yang kompleks.
Dampak stunting pada anak pun tidak terbatas pada fisiknya yang menjadi jauh lebih pendek dari teman-teman seusia, namun juga masalah lainnya.
Perkembangan otak anak, misalnya, menjadi tidak maksimal sehingga kecerdasannya terganggu.
Baca juga: Dorong Peningkatan Inovasi Daerah Bolmut, Depri Pontoh: Partisipasi Aktif OPD Sangat Diperlukan\

Saat dewasa nanti, anak juga lebih rentan terserang penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes, dan sebagainya.
Faktor penyebab stunting pada anak bisa bermacam-macam, mulai dari asupan nutrisi yang tidak terpenuhi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, masalah sanitasi, hingga faktor genetik dari orang tua.
Hingga saat ini, Gizi buruk masih menjadi hantu yang membayangi sebagian balita di Ibukota.
Prevalensi stunting di ibukota berdasarkan SSGI 2022, masih berada di kisaran 14,8 persen.
Seperti diketahui, stunting sering dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta melaporkan pada September 2022, jumlah penduduk miskin DKI Jakarta berada pada angka 502.040 jiwa.
Jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 7,11 ribu jiwa atau 1,44 persen selama periode Maret-September 2022.
Meski terjadi penurunan tingkat kemiskinan, kenyataannya problem gizi dan kesehatan anak masih terus bermunculan.
Bila dirunut dari kasus-kasus stunting dan kesehatan anak khususnya yang dialami oleh masyarakat di wilayah marjinal dan padat penduduk, sebagian besar faktor penyebabnya adalah ketidaktahuan orang tua tentang asupan gizi untuk anak serta gaya hidup dan kebiasaan makan keluarga yang keliru.
Yuli Supriati, Ketua Bidang Advokasi YAICI mengatakan, selama balita kenyang dan tidak rewel bagi sebagian orangtua dianggap sudah cukup.
“Sementara yang memperhatikan apakah anak sudah mendapat protein hewani yang cukup, vitamin dan kalsium dan zat-zat gizi lainnya masih jarang,” jelas Yuli dalam keterangannya, Senin (12/6/2023).
Yuli yang saat itu sedang mendampingi kader Aisyiyah yang melakukan survei tentang asupan gizi balita menuturkan pada umumnya, orangtua melakukan praktik pengasuhan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang juga dilakukan orang tuanya di masa lalu.
Tahun 2025, RSUD ODSK Tangani 2154 Pasien Diabetes dan 3484 Pasien Hipertensi |
![]() |
---|
Penyakit Hipertensi dan Diabetes Mendominasi di Sulut, Dosen Kesehatan Ungkap Penyebab dan Solusi |
![]() |
---|
Langkah Sederhana Rawat Mata Saat Lama Menatap Layar Komputer atau HP, Cukup Mudah |
![]() |
---|
Berikut 9 Cara Mudah Atasi Gangguan Insomnia, Tak Perlu Konsumsi Obat Tidur |
![]() |
---|
Apa Itu Languishing? Kondisi Psikologis Seseorang yang Merasa Hampa Meski Punya Segalanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.