Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sudan Makin Mencekam, Ratusan WNI Berhasil Dievakuasi, Begini Cerita Mereka

Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyambut Warga Negara Indonesia ( WNI) yang dievakuasi dari Sudan dari Jeddah

Editor: Alpen Martinus
AFP/Marwan Ali
ilustrasi, Sudah makin mencekam, ratusan WNI dievakuasi 

"Mendengar suara pesawat saja saya masih terasa seperti di sana (Khartoum, red)," ungkap Aribah.

Menurutnya, serangan udara, tembakan tank, dan artileri sangat mencekam ibu kota Sudan dan kota Bahri.

Dia bersyukur pemerintah Indonesia segera bertindak melakukan evakuasi dan memfasilitasi WNI yang tertahan di Sudan.

Aribah berharap peperangan di Sudan bisa segera berakhir sehingga bisa kembali melanjutkan kuliah.

Wakil Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Sudan Nila Angelina tidak menyangka perang saudara militer pecah di tengah bulan suci Ramadan.

Nila mengungkapkan tidak ada peringatan terlebih dahulu kepada warga sipil bahwa akan adanya gencatan senjata khususnya di Kota Khartoum (ibu kota Sudan).

"Di Sudan sudah biasa terjadi demonstrasi dan ada peringatan, secara dadakan terjadi perang hari Sabtu (15/4) jam 08.30 pagi waktu Sudan saat puasa," kata Nila ketika dievakuasi di Asrama Haji Pondok Gede, Jumat (28/4).

Pelajar Indonesia di Sudan, kata Nila, mulanya hanya mengira kejadian ini hanya berlangsung sebentar.

Namun dugaannya keliru karena perang justru semakin mencekam bahkan listrik padam hingga toko-toko untuk kebutuhan hidup tutup.

"Dari hari pertama saja sudah mati listrik dan mati air, jadi otomatis kita mencari area yang bisa mencukupi kebutuhan itu hingga akhirnya KBRI Khartoum memberikan kabar evakuasi," tutur Nila.

Dirinya bercerita harus menempuh perjalanan yang melelahkan saat dievakuasi oleh tim KBRI Khartoum.

Nila mengarungi jalur darat 16 jam ke Kota Port Sudan dilanjutkan perjalanan jalur laut 20 jam.

"Jalur darat itu normalnya 12 jam tetapi karena kita cari jalan yang aman bahkan ada yang sampai 20 jam," ungkapnya.

Dia mengatakan perang militer tersebut membuat infrastruktur hancur karena dihantam rudal termasuk sebagian kampus International University of Africa (IUA).

Kata Nila, beruntung pelajar Indonesia yang tinggal di asrama selamat karena ditempatkan seluruhnya di aula universitas.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved