Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Begini Cara para Wali Songo Menentukan Awal Idul Fitri

Umat Islam di Indonesia sudah banyak yang mulai membanjiri pusat-pusat perbelanjaan guna membeli keperluan untuk Lebaran nanti.

Editor: Rizali Posumah
Kompas
Ilustrasi Wali Songo atau Sembilan Wali. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagaimana cara para Wali Songo menentukan awal Idul Fitri? Berikut ulasannya. 

Idul Fitri 1444 Hijriah atau tahun 2023 tinggal hitungan hari. 

Umat Islam di Indonesia sudah banyak yang mulai membanjiri pusat-pusat perbelanjaan guna membeli keperluan untuk Lebaran nanti. 

Para ulama dan pemerintah juga telah menjadwalkan akan digelarnya sidang isbat penentuan 1 Syawal pada 20 April 2023 mendatang. 

Meski begitu, ada organisasi Islam yang telah terlebih dulu mengumumkan bahwa 1 Syawal aatau Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada tanggal 21 April 2023. 

Nah lantas seperti apa cara orang terdahulu, termasuk para Wali Songo menentukan awal Idul Fitri?

Rupanya, tidak jarang kita menemukan perbedaan pendapat tentang kapan sebenarnya Idul Fitri jatuh.

Hal ini pun juga sudah terjadi pada zaman Wali Songo.

Ada yang mengikuti penanggalan hisab, ada yang mengikuti rukyat, dan ada juga yang mengikuti negara lain.

Perbedaan ini sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah Islam. Bahkan, para Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar Islam di Nusantara juga pernah menghadapi masalah ini.

Wali Songo adalah sembilan wali yang hidup pada abad 15 sampai 16 Masehi.

Mereka adalah Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gresik, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria.

Menurut sejarawan, para Wali Songo memiliki metode yang berbeda-beda dalam menentukan awal Idul Fitri.

Ada yang menggunakan hisab, yaitu perhitungan matematis berdasarkan posisi bulan dan matahari. 

Ada juga yang menggunakan rukyat, yaitu pengamatan langsung terhadap hilal atau bulan sabit.

Metode hisab dan rukyat ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Namun, para Wali Songo tidak pernah berselisih atau memaksakan pendapat mereka tentang awal Idul Fitri.

Mereka saling menghormati dan menghargai keberagaman dan kesepakatan dalam menetapkan hari raya umat Islam.

Mereka juga tidak melupakan hikmah dan makna dari Idul Fitri itu sendiri, yaitu hari untuk bersyukur, bermaaf-maafan, dan mempererat persaudaraan.

Dari kisah Wali Songo ini, kita dapat belajar banyak hal.

Pertama, kita dapat mengenal metode hisab dan rukyat yang merupakan warisan ilmu pengetahuan Islam yang sangat bermanfaat.

Kedua, kita dapat menyikapi perbedaan dengan sikap adil dan bijaksana, tanpa harus saling menyalahkan atau merendahkan.

Ketiga, kita dapat menghayati Idul Fitri sebagai hari untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi sesama.

SUMBER: INTISARI ONLINE

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved