Catatan Wartawan
Kisah Anjing Selamatkan Tuannya dari Kebakaran di Manado Sulawesi Utara
Seorang anjing berhasil menyelamatkan nyawa tuannya dari kebakaran pada medio 2012. Kini, nasibnya tak lagi diketahui.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Namanya hanya muncul sekali di koran Tribun Manado, namun setelah itu terlupakan.
Ia tak pernah dikenang, jasanya tak pernah dihitung.
Setelah berjasa, ia kembali ke jalan meski punya rumah.
Dan seperti sebagian rekan-rekannya di Manado, ia berakhir di meja makan sebagai santapan.
Dialah Bleki, seekor anjing.
Bukan anjing ras yang harganya mahal.
Hanya anjing kampung dengan tubuh kurus, berbulu hitam yang rontok sana-sini.
Antara ada dan tiada ia hadir di rumah tuannya.
Dipelihara bukan untuk disayang, tapi hanya sekadar ada.
Tapi, pada suatu hari di pertengahan 2012, Bleki sang pelengkap ini jadi pahlawan.
Dia menyelamatkan tuannya dari kematian.
Kebakaran besar terjadi dini hari di Kecamatan Wanea, pertengahan tahun 2012,
Puluhan rumah rata tanah, sebuah sekolah pun tak luput dari api.
Minggu pagi, saya bergegas menuju lokasi kebakaran dengan kepala yang sakit karena tidur baru dua jam.
Badan terasa letih karena beban kerja kemarin belum tertebus oleh tidur yang pantas.
Namun, desakan adrenalin membuat saya yang dalam kondisi mirip mayat hidup, kuat melalui jalanan Manado yang sepi, dingin, dan basah oleh hujan rintik-rintik.
Bagi saya yang kala itu seorang wartawan kriminal, adrenalin dipicu oleh peristiwa besar dan heboh.
Tanpa peristiwa besar, hidup adalah serangkaian kebosanan.
Ada banyak angle dalam peristiwa besar dan itu kadang memicu kebingungan.
Untunglah ada Bleki.
Baca juga: Fakta Proses Perceraian Daus Mini: Tak Ada Tuntutan Harta Gana-gini hingga Rebutan Hak Asuh Anak
Baca juga: Anggaran Pembangunan di Papua Senilai Rp 1.036 Triliun, Jokowi Minta Masyarakat Awasi Aliran Dananya
Saya menemukannya secara tidak sengaja saat mewawancarai seorang korban kebakaran di sana.
Ia bercerita tentang tetangganya yang diselamatkan oleh seorang anjing.
Informasi itu saya telusuri dan bertemu dengan seorang pria tua.
Pada malam sebelum kebakaran, ia tengah tidur.
Mimpinya tentang taman bunga diinterupsi gigitan di alam nyata.
Ia bangun dan merasakan lengannya sakit hingga mengeluarkan darah.
Melihat tuannya bangun, Bleki menyalak.
Dan sadarlah sang tuan dirinya dikepung api.
Ruang belakang sudah terbakar dan api sudah menjalar ke bagian ruang tamu.
Ia pun ambil langkah seribu keluar rumah.

"Kalau tak ada Bleki saya sudah tumpas," katanya.
Bleki yang malang, sebagian bulunya terbakar.
Rupanya anjing ini sempat kena bara api saat menuntun tuannya keluar rumah.
Nasib Bleki kemudian tak diketahui.
Apakah perbuatan baiknya itu akan berkesan hingga sang tuan berbaik hati menguburkannya jika mati?
Atau tak ada beda dengan sepertiga kaumnya, dianiaya hingga mati dan dikubur di perut manusia.
Kepahlawanan Bleki itu adalah tamparan bagi Manado yang punya kebiasaan mengonsumi satwa.
Lebih-lebih para pendoger.
Mereka suka mencuri anjing dengan cara memukul atau meracunnya hingga mati.
Manado pun jadi sorotan internasional karena kebiasaan menyiksa dan memakan anjing.
Baca juga: Inilah Urutan Bacaan Sholat Tarawih Malam ke-1 Sampai Malam Terakhir Ramadan, Pertama At-Takaatsur
Baca juga: Andrei Angouw: Kota Manado Dipuji Sebagai Laboratorium Pluralisme Indonesia
Kalau makan anjing, bagi saya itu tidak salah.
Agama Kristen tak melarang makan anjing.
Apakah Manado jadi tak beradab jika makan anjing?
Bagaimana dengan Eropa yang tidak makan anjing, tapi melegalkan pernikahan homoseksual?
Tapi yang saya tidak setuju adalah menyiksa anjing dengan cara menggantung dan memukulinya bertubi-tubi.

Karena kemanusiaan juga berhutang pada mereka, seperti kisah Bleki.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.