Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sitaro Sulawesi Utara

Tekan Inflasi di Kepulauan Sitaro Sulawesi Utara, John Palandung Ajak Warga Menanam

Bukan merupakan daerah penghasil, Kepulauan Sitaro bergantung dengan daerah lain terkait bahan pokok. John Palandung mengajak masyarakat menanam.

Penulis: Octavian Hermanses | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.co.id/Dok. Bapelitbangda Sitaro
Bupati Kepulauan Sitaro, Evangelian Sasingen, terus mengajak masyarakat untuk menanam tanaman hortikultura. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, SITARO - Kenaikan harga bahan pokok terjadi di seluruh daerah di Indonesia, tanpa terkecuali di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara.

Meski begitu, kenaikan harga atau biasa disebut inflasi ini tidak begitu terasa di daerah berjuluk Negeri 47 Pulau tersebut.

"Kita juga ada inflasi tapi jumlahnya sangat kecil, sehingga masih diterima masyarakat,” kata Wakil Bupati Sitaro, John Palandung, Kamis (23/2/2023).

Dia bilang, keberadaan Kabupaten Sitaro sebagai daerah kepulauan yang bergantung pasokan bahan pokok dari luar daerah membuat Sitaro ikut merasakan kenaikan harga.

"Bumbu dapur seperti, tomat, bawang, dan cabai rawit juga beras itu naik, karena memang kita bukan daerah penghasil dan terus bergantung ke daerah lain," terang John Palandung.

"Jadi memang kita butuh biaya lebih untuk mendatangkan barang dari daerah asal agar bisa sampai ke sini (Sitaro). Makanya berdampak ke harga jual," lanjutnya.

Karena itu, John Palandung bilang, pemerintah daerhg terus mengkampanyekan Gerakan Sitaro Menanam atau Gesit Nanam yang menjadi salah satu program unggulan pemerintah.

Melalui program ini, masyarakat diajak untuk memanfaatkan lahan di pekarangan rumah atau lahan tidur lainnya.

"Tujuannya agar masyarakat akan mandiri secara pangan, mulai dari keluarga masing-masing. Meskipun jumlahnya tidak banyak tapi bisa mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Sitaro, Richard Sasombo, menyatakan hingga saat ini kebutuhan akan bumbu dapur masih tinggi.

Baca juga: Kegiatan Presiden Jokowi di Kalimantan Timur, Tinjau Proyek IKN dan Makan Bersama Pekerja

Baca juga: Pemkot Kotamobagu Sulawesi Utara Kembali Gelar Innovative Government Award 

Dimana, data luas panen dan produksi cabai rawit, tomat, dan bawang merah, sangat kurang.

Untuk luas panen empat tahun terakhir khusus cabai rawait pada tahun 2019 hanya 19 ha, dengan jumlah produksi 306 kuintal.

Untuk tahun 2020 luas panen naik 20 ha, dengan jumlah produksi turun 251 kuintal dan di 2021 naik signifikan untuk luas panen 83,1 ha dan namun jumlah produksi justru turun lagi 118,1 kuintal.

"Sementara tahun 2022 turun lagi 44,4 ha saja dan jumlah produksi hanya 81,1 kuintal," katanya.

Sedangkan, untuk tanaman tomat luas panen pada tahun 2019 ditemukan 4 ha dengan nilai produksi 17 kuintal, di tahun 2020 naik 6 ha dengan jumlah produksi 58 kuintal.

Wakil Bupati Sitaro John Palandung.
Wakil Bupati Sitaro John Palandung. (tribunmanado.co.id/Octavian Hermanses)
Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved