Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wisata Manado

Terletak di Pusat Kota, Inilah Icon Wisata Manado yang Miliki Kisah Mistisnya, Bikin Orang Ketakutan

Ada yang ternyata miliki kisah mistisnya. Icon Wisata Manado itu terletak di pusat Kota Manado, Sulawesi Utara ( Sulut ).

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Rhendi Umar/Tribun Manado
Icol Wisata Manado Patung Dotu Lolong Lasut di TKB 

Keadaan di sana begitu sunyi.

Hiruk pikuk pemukiman di kelilingnya seolah tak tembus ke sekitar Watu Sumanti.

Seakan ada dua dunia, satu dunia modern yang luas dan mengitimidasi, satu dunia tradisional yang kian terkikis.

Padahal, menurut sejarah, semua yang ada di sekitarnya, bahkan Manado berasal dari batu itu.

Watu Sumanti
Watu Sumanti (TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS)

Batu Sakti Itu Jadi Tanda Pendirian Desa di Manado

Watu itu menandai pemukiman pertama di Manado.

Watu itu hadir sebagai tanda pendirian desa atau tempat pemukiman baru.

Area sekitar batu itu adalah tanah lapang yang kemudian menjadi tempat pemukiman Wanua Ares, pemukiman pertama di kota Manado.

Di Batu Itu Pernah Dilakukan Ritual Pengusiran Roh jahat

Dalam tradisi Minahasa, Watu Sumanti berasal dari kata watu (batu) dan santi (pedang).

Artinya, batu tempat memainkan pedang.

Dahulu kala, para Tonaas Minahasa melakukan ritual pengusiran roh jahat atau mengobati penyakit di batu itu dengan cara mengayunkan pedang.

Batu Sakti yang Bisa Menggandakan Diri, Dulu Dua Sekarang Jadi Banyak

Menurut sejumlah warga setempat, batu tersebut unik karena selalu menggandakan diri.

Tribunmanado.co.id mewawancarai seorang warga bernama Feki Lasut.

Ia mengaku turunan dari Ares.

Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara.
Menurut Feki, batu tersebut dulunya hanya dua.

"Namun sekarang ada banyak sekali, batu itu menggandakan dirinya," kata dia.

Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara.
Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara. (Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Dianggap Keramat hingga Tak Ada Warga yang Mau Mendekat

Lanjut Feki Lasut, dulunya batu itu dianggap keramat oleh warga setempat.

Tak ada yang berani mendekat tempat itu.

"Semua hormat dengan batu itu," kata dia.

Feki menuturkan, sejumlah warga pernah mengalami kejadian gaib dengan batu itu.

Dari seorang rekannya, ia mendengar cerita bahwa batu itu satu-satunya tempat yang tidak terkena banjir saat banjir besar tahun 1936 di Manado.

"Kala itu semua mengungsi ke Bumi Beringin. Anehnya batu itu tidak kebanjiran padahal posisinya berada tak jauh dari sungai," kata dia.

Feki mengatakan, batu itu hilang peranannya seiring waktu.

Dari batu bertuah, batu itu mulai diabaikan, bahkan dilupakan.

"Di sini banyak sekali pendatang, orang asli Ares makin sedikit, apalagi dengan kemajuan teknologi," kata dia.

Meski demikian, Feki menganggap batu itu tetap punya arti penting sebagai pengingat identitas serta arah di masa depan.

"Ini pun sangat bagus untuk pariwisata," kata dia.

Ada Orang yang Sering Bermalam di Batu Sakti Itu

Fivi, warga lainnya, mengatakan, batu itu masih sering dikunjungi sejumlah orang pada malam tertentu.

Menurut dia, orang-orang tersebut sering bermalam di tempat itu.

Tribunmanado.co.id mendapati sebuah motor parkir di seputaran watu.

Pengemudinya dua orang, sama-sama "bertapa" di batu itu.

Usia keduanya antara 30-40 tahun.  (tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Artikel ini hasil kompilasi daur ulang TRIBUNMANADO.CO.ID dari artikel yang sudah tayang di TRIBUNMANADO.CO.ID dan TRIBUNMANADO.CO.ID

Klik juga artikel aslinya di SINI 

Baca Berita Lainnya di: Google News

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved