Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wisata Manado

Terletak di Pusat Kota, Inilah Icon Wisata Manado yang Miliki Kisah Mistisnya, Bikin Orang Ketakutan

Ada yang ternyata miliki kisah mistisnya. Icon Wisata Manado itu terletak di pusat Kota Manado, Sulawesi Utara ( Sulut ).

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Rhendi Umar/Tribun Manado
Icol Wisata Manado Patung Dotu Lolong Lasut di TKB 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Info Wisata Manado.

Ada banyak Icon Wisata Manado.

Namun dari banyaknya objek Wisata Manado, ada yang ternyata miliki kisah mistisnya.

Icon Wisata Manado itu terletak di pusat Kota Manado, Sulawesi Utara ( Sulut ).

Kisah mistis ini dibenarkan orang-orang yang mengunjungi lokasi tersebut dan percaya dengan ceritanya.

Nama icon Wisata Manado yang dimaksud adalah Patung Dotu Lolong Lasut.

Ya tak banyak yang tahu ternyata ada objek Wisata Manado yang miliki kisah mistisnya.

Icon Wisata Manado yang dimaksud itu adalah Patung Dotu Lolong Lasut.

Patung Dotu Lolong Lasut berada di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado.

\

Taman itu ditata.

Lampu dipasang. Air terjun diaktifkan.

Kanopi senilai miliaran rupiah dibuat sekeliling teater.

Samping TKB dibangun rumah kopi. 

Namun hal hal mistik tetap mewarnai. 

Patung Dotu Lolong Lasut di tengah taman tersebut tetap bersalut hal mistis.

Sejumlah warga percaya patung itu punya kesaktian.

Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut yang berlokasi di Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Selasa (22/6/2021) malam.
Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Dotu Lolong Lasut yang berlokasi di Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Selasa (22/6/2021) malam. (Tribunmanado.co.id/Andreas Ruauw)

"Kami takut jangan-jangan kena penyakit," kata seorang petugas pembersih taman. 

Dotu Lolong Lasut alias Ruru Ares lahir pada bulan November 1450.

Adalah seorang tokoh pendiri  ‘ Wanua Wenang’ cikal bakal berdirinya Kota manado, dengan bergelar Kepala Walak/ Kepala Agama Wenang pada jaman itu.

Dotu Lolong Lasut merupakan perintis dan membangun TUMANI negeri WENANG.

Sebuah daerah yang kemudian menyatu dengan Kota Manado sekarang ini.

Dotu Lolong Lasut juga bisa disebut tokoh perjuangan rakyat Minahasa. 

Karena ia berhasil mengusir sejumlah orang Portugis yang datang ke Wenang pada saat itu.

Oleh karena itu nama Dotu Lolong Lasut tetap dikenang sepanjang masa oleh masyarakat Sulawesi Utara lebih khusus masyarakat Manado dan Minahasa.

Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini adalah untuk melihat dan mengenal sejarah berdirinya Kota Manado, Monumen Dotu Lolong Lasut dapat dilihat di pusat kota Manado tepatnya di dalam komplek Pasar 45.

Baru Terungkap Ternyata di Manado Ada Batu Sakti, Bisa Gandakan Diri, Banyak yang Datang Bawa Dupa

Ya tersembunyi di antara pemukiman warga yang padat di Kelurahan Tikala Ares Lingkungan 2, Kecamatan Tikala, Manado, Sulawesi Utara, objek wisata Watu Sumanti berperang dengan zaman.

Meski begitu, Batu Sakti yang ternyata diberi nama Watu Sumanti itu masih terus mencoba eksis.

Berhadapan dengan penduduk yang modern dan individualis, watu (batu) itu sesekali menampakkan kesaktiannya; ia menggandakan diri.

Pada waktu-waktu tertentu, Batu Sakti itu menang atas zaman.

Banyak warga yang datang padanya, meletakkan dupa maupun sesajen.

Namun lebih banyak ia dikalahkan.

Bahkan warga sekitar yang sejarahnya dilahirkan dari batu itu tak mau tahu dengan keberadaannya.

TRIBUNMANADO.CO.ID mengunjungi tempat itu beberapa waktu lalu. 

Lokasi Batu Sakti Watu Sumanti

Watu itu berlokasi di depan Kantor Kelurahan Tikala Ares, Kota Manado, Sulut.

Kantor berada di ujung lorong sempit pada jalan yang menghubungkan daerah Banjer, Pumorow, dan Tikala.

Lokasi itu hanya terpisah jarak puluhan meter dengan kantor Walikota Manado. 

Watu Sumanti
Watu Sumanti (TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS)

Sesajen dan Dupa Ada di Atas Batu 

Watu tersebut terdiri dari sekira sepuluh batu vertikal dengan ukuran 15-30 cm.

Batu-batu itu berhadapan dengan tiga batu pipih dan pendek.

Aneka sesajen serta dupa digelar di atas tiga batu pipih tersebut.

Watu tersebut dipagari dengan pagar besi.

Pada jarak semeter dari watu, berdiri prasasti yang menerangkan sejarahnya dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Sebuah pendopo kecil dibangun tak jauh dari prasasti tersebut.

Keadaan di sana begitu sunyi.

Hiruk pikuk pemukiman di kelilingnya seolah tak tembus ke sekitar Watu Sumanti.

Seakan ada dua dunia, satu dunia modern yang luas dan mengitimidasi, satu dunia tradisional yang kian terkikis.

Padahal, menurut sejarah, semua yang ada di sekitarnya, bahkan Manado berasal dari batu itu.

Watu Sumanti
Watu Sumanti (TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS)

Batu Sakti Itu Jadi Tanda Pendirian Desa di Manado

Watu itu menandai pemukiman pertama di Manado.

Watu itu hadir sebagai tanda pendirian desa atau tempat pemukiman baru.

Area sekitar batu itu adalah tanah lapang yang kemudian menjadi tempat pemukiman Wanua Ares, pemukiman pertama di kota Manado.

Di Batu Itu Pernah Dilakukan Ritual Pengusiran Roh jahat

Dalam tradisi Minahasa, Watu Sumanti berasal dari kata watu (batu) dan santi (pedang).

Artinya, batu tempat memainkan pedang.

Dahulu kala, para Tonaas Minahasa melakukan ritual pengusiran roh jahat atau mengobati penyakit di batu itu dengan cara mengayunkan pedang.

Batu Sakti yang Bisa Menggandakan Diri, Dulu Dua Sekarang Jadi Banyak

Menurut sejumlah warga setempat, batu tersebut unik karena selalu menggandakan diri.

Tribunmanado.co.id mewawancarai seorang warga bernama Feki Lasut.

Ia mengaku turunan dari Ares.

Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara.
Menurut Feki, batu tersebut dulunya hanya dua.

"Namun sekarang ada banyak sekali, batu itu menggandakan dirinya," kata dia.

Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara.
Watu Sumanti yang berada di Kelurahan Tikala Ares, Tikala, Manado, Sulawesi Utara. (Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Dianggap Keramat hingga Tak Ada Warga yang Mau Mendekat

Lanjut Feki Lasut, dulunya batu itu dianggap keramat oleh warga setempat.

Tak ada yang berani mendekat tempat itu.

"Semua hormat dengan batu itu," kata dia.

Feki menuturkan, sejumlah warga pernah mengalami kejadian gaib dengan batu itu.

Dari seorang rekannya, ia mendengar cerita bahwa batu itu satu-satunya tempat yang tidak terkena banjir saat banjir besar tahun 1936 di Manado.

"Kala itu semua mengungsi ke Bumi Beringin. Anehnya batu itu tidak kebanjiran padahal posisinya berada tak jauh dari sungai," kata dia.

Feki mengatakan, batu itu hilang peranannya seiring waktu.

Dari batu bertuah, batu itu mulai diabaikan, bahkan dilupakan.

"Di sini banyak sekali pendatang, orang asli Ares makin sedikit, apalagi dengan kemajuan teknologi," kata dia.

Meski demikian, Feki menganggap batu itu tetap punya arti penting sebagai pengingat identitas serta arah di masa depan.

"Ini pun sangat bagus untuk pariwisata," kata dia.

Ada Orang yang Sering Bermalam di Batu Sakti Itu

Fivi, warga lainnya, mengatakan, batu itu masih sering dikunjungi sejumlah orang pada malam tertentu.

Menurut dia, orang-orang tersebut sering bermalam di tempat itu.

Tribunmanado.co.id mendapati sebuah motor parkir di seputaran watu.

Pengemudinya dua orang, sama-sama "bertapa" di batu itu.

Usia keduanya antara 30-40 tahun.  (tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

Artikel ini hasil kompilasi daur ulang TRIBUNMANADO.CO.ID dari artikel yang sudah tayang di TRIBUNMANADO.CO.ID dan TRIBUNMANADO.CO.ID

Klik juga artikel aslinya di SINI 

Baca Berita Lainnya di: Google News

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved