Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

MTPJ 12 hingga18 Februari 2023

TRILOGI PEMBANGUNAN JEMAAT - Lukas 6: 37 -42 Jangan Menghakimi Supaya Engkau Tidak Dihakimi

Paling tidak ada dua sifat budaya yaitu budaya individualistis dan budaya kolektifitas.

Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
pixabay.com
Bacaan Alkitab 

Itu adalah sifat orang yang hanya mau menang sendiri. Hal ini menekankan bahwa seringkali manusia hanya melihat kesalahan orang lain tanpa melihat, bercermin dirinya sendiri, sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain.

Yesus Kristus dengan keras menegur sekaligus memberikan pengajaran kepada para murid-Nya untuk melihat kekurangan diri sendiri, memperbaikinya kemudian baru memperbaiki sikap dan perilaku orang lain.

Jangan langsung menghakimi, mengatakan mereka berbuat dosa dan kesalahan, padahal diri sendiri mungkin lebih buruk atau berdosa dari orang lain.

Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa manusia tidak berhak untuk saling menghakimi satu terhadap yang lain, sebab semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa.

Apalagi mereka yang memiliki otoritas dan kekuasaan menghakimi atas dasar iri hati, cemburu, merasa tersaingi dan lain sebagainya.

Hukuman dosa adalah maut, tetapi karya Tuhan Allah dalam Yesus Kristus membuat manusia kembali memperoleh kesempatan atau peluang keselamatan dan kehidupan kekal.

Makna dan Implikasi Firman
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk turunannya yang memudahkan pemenuhan kebutuhan hidup manusia membuat manusia dapat memperoleh kebutuhannya tanpa pertolongan orang lain.

Keadaan ini mendorong manusia bersifat individualistis, mementingkan diri sendiri. Ketika seseorang melihat ada saudara atau teman lebih berhasil atau berkembang usahanya dari dirinya, maka segala daya upaya dilakukan untuk “menjatuhkan” dengan menuduh, menghakimi orang tersebut.

Ada yang mengatakan “bahwa hasil korupsi, meminta bantuan kuasa kegelapan, melakukan cara-cara yang tidak benar”. Padahal kesuksesan yang diperoleh saudaranya adalah hasil usaha dan kerja kerasnya.

Orang percaya juga sering terjebak pada sikap menjadi “hakim” kepada saudaranya. Ketika ia tidak senang karena mungkin adik atau kakaknya mendapat warisan dari orangtua yang lebih banyak.

Ia mengatakan “papa dengan mama nyanda adil, pilih kasih, kita so nimau mo baku dapa lagi dengan dia.” Terkadang ketika melihat tetangga berhasil, maka terdengar ucapan” dorang kwa da jual tanah yang bukan dorang punya, atau pasti dorang berhasil karena jual diri.”Jadilah orang percaya yang mampu melihat segala hal bukan hanya dari sudut pandang krbenaran diri sendiri tetapi memahami dan mengerti kebenaran orang lain. Karena itu, jangan cepat-cepat menghakimi orang lain.

Memberi diri dan persembahan untuk pekerjaan Tuhan serta membantu orang lain adalah wujud nyata dari kasih kepada Tuhan Allah dan sesama.

Ukuran yang kita pakai untuk memberi akan juga dikenakan kepada kita. Contohnya ketika kita pakai ukuran liter untuk memberi dalam pelayanan dan bagi sesama, maka ukuran itu juga yang akan diterima.

Bukan hanya satu liter saja, melainkan “liter” itu isinya akan dipadatkan, digoncang bahkan sampai tumpah ke luar. Demikianlah berkat yang akan dikembalikan Tuhan kepada orang yang memberi dengan tulus hati.

Menilai dan menghakimi orang lain menurut penilaian kita sendiri tentunya tidak etis dan melanggar perintah Tuhan. Ada orang seringkali terjebak pada situasi demikian.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved