MTPJ 12 hingga18 Februari 2023
TRILOGI PEMBANGUNAN JEMAAT - Lukas 6: 37 -42 Jangan Menghakimi Supaya Engkau Tidak Dihakimi
Paling tidak ada dua sifat budaya yaitu budaya individualistis dan budaya kolektifitas.
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
Pernyataan-Nya yang sangat tegas: “Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Janganlah kamu menghukum, supaya kamu tidak dihukum.
Ampunilah dan kamu akan diampuni.” (ay. 37). Menghakimi (Yun. Diakrino) hanya dapat dilakukan oleh Yesus Kristus saja (Yoh. 5:22,27; Kis. 10:42; 2 Kor 5:10). Manusia tidak bisa menghakimi atau menghina saudaranya, sebab semua yang diperbuat harus dipertanggungjawabkan di hadapan takhta Allah (Roma 14:10).
Hal ini menegaskan bahwa manusia bukanlah hakim atas sesamanya yang berhak untuk menjatuhkan hukuman atas moralitas manusia. Konteks pernyataan Yesus Kristus berbeda dengan sistem hukum negara moderen.
Pokok Firman selanjutnya dari bagian ini mengenai kebaikan dalam hal sikap hidup memberi. Pemberian yang benar didasarkan atas ketulusan dan “takaran” (Yun. Metron artinya ukuran, kadar). Menurut KBBI: alat untuk mengukur, sukatan (liter dsb). Bahwa ukuran yang dipakai untuk memberi, ukuran itu juga yang akan dikembalikan kepada yang memberi (ay 38). Beberapa contoh alat ukur dalam Alkitab: Gera dan Syikal (Kel. 30:13), Dirham dan Mina atau kati (Neh. 7:70,71) dan Talenta (2 Sam. 12:30).
Pengajaran Yesus Kristus kemudian berpindah dengan memakai perumpamaan:
“Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? (ay.39) Dalam konteks penghakiman, maka hal ini berarti bahwa bagaimana mungkin orang yang bersalah (berdosa) menjadi hakim dan menjatuhkan keputusan bersalah kepada orang yang melakukan kesalahan? Bukankah pada akhirnya mereka akan jatuh dalam kesalahan?
Karena yang semestinya menjadi hakim hanyalah Dia yang tidak bersalah. Sehingga Ia menjatuhkan hukuman kepada orang yang melakukan kesalahan dan keputusan-Nya adalah adil.
Dan keputusan-Nya bukan untuk membinasakan tetapi menyelamatkan. Hukuman-Nya supaya manusia menyadari dan mengakui kesalahan agar bertobat.
Yesus Kristus membuat perumpamaan tentang guru dan murid (ay.40).
Yesus Kristus bermaksud untuk mengatakan bahwa memang seorang murid tidak melebihi gurunya. Tetapi ketika murid tersebut sudah tamat pendidikannya, maka ia sudah setara dengan gurunya dalam hal pengetahuan.
Akan tetapi murid perlu ada usaha untuk terus belajar sambil mencontohi apa yang yang baik dari sang guru dalam semua hal.
Supaya ketika ia berhasil, ia tidak akan sombong bahkan menyepelehkan gurunya dan orang lain. Apalagi menghina mereka yang tidak berhasil.
Seorang guru yang baik akan menjadi pola anutan bagi murid-muridnya. Ia akan bertanggung-jawab untuk mengajar mereka supaya kelak murid-muridnya bisa sukses di kemudian hari.
Pengajaran Yesus Kristus berikutnya dalam ayat 41-42,” Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bahkan dipertegas lagi dengan ungkapan: “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Selumbar (Yun. karfos artinya tangkai kecil, serpihan jerami yang kecil) dan balok (Yun. dokos artinya potongan kayu besar) mempunyai makna bahwa kesalahan kecil yang diperbuat orang dikritik, tetapi kesalahan besar yang diperbuat sendiri tidak diketahui, disadari dan tidak mau diakui.
Harga Emas Antam Anjlok Lagi Sabtu 16 Agustus 2025, Jadi Segini Per Gram |
![]() |
---|
Kisah Perjuangan Dira Ivana Solang, Banting Setir dari Guru Honorer ke Dunia Perbankan di Sangihe |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Bitung Sulawesi Utara Hari Ini Sabtu 16 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Sulawesi Utara Minggu 17 Agustus 2025, Info BMKG Wilayah Sulut Berpotensi Hujan |
![]() |
---|
Bupati Kepulauan Sangihe Michael Thungari Ziarah ke Makam Pahlawan Bataha Santiago |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.