Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Sulawesi Utara

Kisah Penyanyi Tuna Netra Juara Nasional, Sambung Hidup dengan Ngamen, Kerap Diadang di Manado

Varen, seorang tuna netra, menyanyikan lagu bertema percintaan. Dibawakan dengan jiwa, pesan lagu itu tentang kepahitan cinta.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis
Pengamen tuna netra Varen Yokung (28) di sebuah Rumah Kopi di Kampung Cina, Manado, provinsi Sulawesi Utara, Jumat (10/2/2023).  

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Suara merdu Varen Yokung (28) mengalun di sebuah Rumah Kopi di Kampung Cina, Manado, provinsi Sulawesi Utara, Jumat (10/2/2023). 

Kasak kusuk di rumah kopi itu sejenak hilang. 

Semua memasang kuping demi mendengar suara indah itu. 

Varen, seorang tuna netra, menyanyikan lagu bertema percintaan. 

Dibawakan dengan jiwa, pesan lagu itu tentang kepahitan cinta menembus hingga ke batin.

Perasaan bergolak. Hati serasa diremas-remas. 

Tepuk tangan terdengar kala Varen selesai bernyanyi. Kompak dan keras. 

Seorang wanita yang menemani Varen kemudian menjalankan plastik. 

Semua pengunjung mengisi uang ke dalam plastik.

Dari plastik yang transparan dapat terlihat uang umumnya Rp 5000 hingga 10.000.

Bahkan ada yang memberi Rp 50 ribu.

Varen adalah seorang pengamen. Ia ditemani tetangganya.

Istri Varen yang juga buta menanti tak jauh dari rumah kopi itu. 

Kepada tribunmanado, Varen mengaku buta sejak lahir.

"Saya tak pernah melihat dunia," katanya.

Tapi Tuhan maha adil. DiberiNya Varen talenta musik.

Varen menyadari pemberian Tuhan itu. Ia mengembangkannya. Berbagai lomba diikuti.

"Saya pernah dapat juara nasional menyanyi tunanetra," kata dia.

Varen bergiat di musik. Dirinya biasa memainkan keyboard di pesta.

Cuan dia peroleh dari situ. Kemudian datang Covid. Pesta dilarang. Varen pun melarat.

"Hidup sulit sekali waktu itu dan setelahnya," katanya.

Lapangan kerja terbatas, Varen coba-coba jadi pengamen.

"Saya ternyata betah," kata dia.

Dari mengamen ia bisa menghidupi keluarga. Cuan pun mengalir.

"Tak tentu sih, tapi bisa untuk hidup," katanya. D

alam mengamen, dirinya dibantu seorang tetangga. Ia dituntun ke pusat kota Manado

. Si tetangga itu pun punya suara oke. Keduanya saling mengisi.

"Biasanya saya kemudian dia yang menyanyi," kata dia. 

Ditanya tantangan, dirinya menghela nafas.

Sebut dia ada 1001 tantangan yang ia alami.

Sebagai pengamen buta ia kerap dihadang oknum tertentu.

"Saya kerap dihadang oleh orang-orang tertentu, mereka tak mau saya nyanyi dan dapat uang karena akan menggerus pendapatan mereka," katanya.

Ia menuturkan, dunia ngamen di Manado lumayan keras.

Dirinya yang buta kerap jadi korban.

Varen merasa ruang baginya sebagai pengamen buta kian sempit. S

elain dihadang, ia juga kerap diusir.

"Padahal saya tak mencuri, kami cari uang dengan halal, hanya untuk sambung hidup, tidak merugikan orang lain," katanya. 

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved