Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hapus Jabatan Gubernur

Usulan Cak Imin Jabatan Gubernur Dihapus Mulai Ditindaklanjuti PKB, Ini Rencana Awalnya

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serius terkait pernyataan ketum mereka Muhaimin Iskandar soal jabatan gubernur sebaiknya dihapus.

Editor: Aswin_Lumintang
Tribunnews.com/Danang Triatmojo
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serius terkait pernyataan ketum mereka Muhaimin Iskandar soal jabatan gubernur sebaiknya dihapus

PKB pun akan mendorong DPR membentuk tim kajian khusus menyusul usulan Cak Imin tersebut. Ada sejumlah hal yang disoroti mengapa usul tersebut perlu dikaji.

"Yang utama anggaran yang begitu besar terbuang sia-sia. Salah satu alternatifnya nanti cukup diangkat secara langsung gubernur jenderal setingkat menteri oleh presiden, Indonesia bisa jauh lebih cepat sejahtera, pembangunan jalan-jalan rusak di kabupaten dan desa-desa bisa dibangun dengan cepat dan efektif," kata Ketua DPP PKB Daniel Johan kepada wartawan, Selasa (31/1/2023).

Ketua DPP PKB, Daniel Johan
Ketua DPP PKB, Daniel Johan (istimewa)

Dikatakan Legislator Komisi IV DPR RI itu, anggaran dari pusat bisa langsung masuk dan dikelola oleh kabupaten atau kota.

"Nanti DPRD di tingkat provinsi bisa naik menambah jumlah DPR RI dan DPD," tambah Daniel.

Daniel mengatakan pihaknya bakal mendiskusikan usulan Cak Imin ini dengan berbagai pihak.

"Kita akan dorong DPR membentuk tim kajian untuk mematangkan usulan ini," tandasnya.

Baca juga: BPJN Sulawesi Utara Kebut Bangun Jembatan Darurat, Akses Jalan Manado-Likupang Minut Bisa Dilalui

Baca juga: Cerita Pak Basri, Penjaga Burung Maleo di Batu Manangis Bolsel Sulawesi Utara

Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menginginkan adanya perubahan sistem politik di Indonesia. 

Nantinya, Cak Imin ingin jabatan gubernur dihilangkan dari struktur pemerintahan.

Awalnya, Cak Imin mengungkapkan kelemahan politik era reformasi yang kini semakin pragmatis.

Ia menuturkan bahwa politik terus berkompetisi tiada henti selama 24 jam.

"Salah satu kelemahan era reformasi yang paling mendesak diatasi adalah politik yang pragmatis, kompetisi yang tidak ada henti. Kelihatannya damai tapi kompetisinya tidak pernah berhenti 24 jam. Ini sistem yang melelahkan," kata Cak Imin dalam acara sarasehan nasional satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Dijelaskan Cak Imin, kondisi ini membuat pemilu kini semakin membutuhkan uang. Dia bilang, uang akan menentukan perilaku pemilih dan kemenangan dalam Pemilu.

"Dimana pemilu yang pragmatis bahwa uang yang menentukan banyak hal dalam perilaku pemilu yang itu artinya masa depan kader-kader NU juga agak madesu, masa depan suram," jelasnya.

Lebih lanjut, Cak Imin menambahkan bahwa hal ini berdampak besar terhadap aktivis-aktivis Nahdlatul Ulama (NU) yang ingin mendapatkan jabatan publik. Sebab mayoritasnya, mereka tak memiliki uang untuk bersaing dalam kontestasi politik.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved