PDAM Minut
Pertaruhkan Jabatan Demi Gaji Karyawan PDAM Minut, Selvana Wuntu: Ada Anak Putus Sekolah
Selvana Wuntu memilih memperjuangkan gaji karyawan PDAM Minut yang belum dibayar. Ia rela mengorbankan jabatannya.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MINUT - Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Minahasa Utara atau PDAM Minut terus menuntut gaji mereka yang berbulan-bulan belum dibayar.
Pada Senin (16/1/2023), para karyawan dan Dirut PDAM Minut sudah dipanggil oleh DPRD Minut.
Tetapi pertemuan tersebut tidak menghasilkan solusisehingga diberikan waktu satu minggu.
Sekretaris PDAM Minut Selvana Wuntu yang ikut menyampaikan aspirasi para karyawan menyebut belum ada titik terang terkait gaji mereka yang belum dibayar.
Dikarenakan gaji yang belum diterima, keharmonisan dan kerjasama Dirut, Sekretaris, dan Humas PDAM Minut akhirnya pecah hanya karena kemanusiaan.
Untuk memperjuangkan aspirasi para karyawannya, Selvana Wuntu rela mempertaruhkan jabatannya meskipun berlawanan dengan Dirut PDAM yang kini dijabat oleh Roland Maringka.
"Saya pertaruhkan jabatan demi kemanusiaan untuk membela aspirasi karyawan, meskipun berlawanan dengan Dirut," tegasnya.
Hal ini sudah terkait masalah perut karena karyawan sudah delapan bulan belum terima gaji.
Ia pun menyebut, akibat karyawan belum terima gaji, ada anak yang putus sekolah, suami istri pisah ranjang, dan rumah disemprot tidak bayar.
Selain itu, tagihan-tagihan leasing mobil, motor, koperasi, dan lain-lain tertunda akibat gaji yang belum dibayar.
Baca juga: Jasad Praditya Warga Gorontalo Ditemukan 12 Meter di Dalam Laut, Diduga Tewas Saat Panah Ikan
Baca juga: 60 Poster Imlek 2023, Rekomendasi Dibagikan pada 22 Januari 2023 saat Perayaan Tahun Baru Cina
"Kesejahtraan, mampu menyokong dalam hal finansial, termasuk gaji, bonus," katanya.
Selain itu, banyak pekerja tidak merasakan apresiasi dari tempat bekerja, serta komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
Katanya, karyawan akan merasa lebih bersemangat jika mengerjakan sesuatu sesuai dengan keahlian dan passion-nya, meski saat ini dituntut untul mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
"Setidaknya karyawan merasa senang dan bahagia merasa dihargai, dengam sesuatu yang memang dia hargai. Dan paling utama kepuasan dalam bekerja adalah indikator paling penting di era saat ini," tambahnya.
Di tengah kondisi PDAM Minut yang terguncang seperti saat ini, perusahaan diharapkan dapat memilih orang yang tepat untuk mengerjakan tugas tertentu.
Penjelasan Roland Maringka

Direktur Utama PDAM Minahasa Utara Roland Maringka menjelaskan mengakui sejumlah karyawannya belum menerima gaji beberapa bulan.
"Karyawan harus produktif, jangan duduk-duduk di rumah lalu tiap bulan minta gaji," ucap Roland Maringka kepada pers, pekan lalu.
Kata dia, di luar tunggakan besar, tapi harus sepakat produktifitas dinaikkan.
"Jangan sampai pencatat meter tidak turun langsung, saat akhir bulan minta gaji dan terus berkelipatan begitu," tuturnya.
Roland Maringka menyebut, dirinya selalu memprioritaskan karyawan.
Tidak seperti yang disampaikan bahwa dirinya sudah terima gaji dan karyawan tidak.
Maringka katakan, total karyawan di PDAM saat dirinya masuk ada 114 orang.
"Tapi sudah ada beberapa pensiun. Sekarang tersisa sekitar 89 orang," ujar dia.
Dikatakannya lagi, efisien kerja di PDAM sebenarnya hanya 45 karyawan dan sudah lama begitu.
"Saya coba siasati dengan menaikan jumlah sambungan dan tidak merekrut karyawan baru, sambil menunggu karyawan pensiun. Otomatis karyawan bisa berkurang," tegasnya.
Maringka menyebut, sebenarnya masalah ini bawaan dulu. Saat dirinya memimpin sudah ada kesepakatan.
"Saya buat kesepakatan saat memimpin akan membayar sesuai periode saya. Tapi kata dia, karyawan malah maunya supaya dibayar dari belakang.
Kata Roland Maringka, boleh asalkan harus ada kesepakatan. Jangan sampai ini jadi bom waktu begitu selesai pembayaran periode sebelumnya.
"Kkaryawan bilang Dirut tidak membayar dan benar sekarang jadinya begini," kata dia.
"Artinya, jika komitmen awal itu dilaksanakan tidak akan ada kejadian seperti ini," tuturnya lagi.
Maringka menuturkan, sekarang ada tunggakan di masyarakat. Di kecamatan Kalawat Rp 3.5 miliar, Kecamatan Airmadidi Rp 5.5 miliar.
Kata dia, yang dia inginkan adalah etos kerja karyawan.
"Jika etos kerja karyawan ada, dari tunggakan ini bisa membayar gaji karyawan. Kendalanya kalau etos kerja tidak ada, bagaimana tunggakan ini bisa terbayarkan," tutupnya. (fis)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.