Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bursa Capres

Kader PDIP Wacanakan Megawati Capres PDIP 2024, Pengamat: Bisa Manfaatkan Bantuan Pak Jokowi

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin mengungkapkan wacana Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri maju

Editor: Aswin_Lumintang
HO Tribunnews.com
Anak-anak Megawati Soekarnoputri Soekarno Putri 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin mengungkapkan wacana Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri maju menjadi capres di 2024 berbeda dengan terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden AS dan Mahathir Mohamad yang juga sempat menjabat Perdana Menteri (PM) Malaysia pada usia lanjut

Sebagai informasi, Joe Biden terpilih menjadi Presiden AS pada umur 78 tahun.

Sementara Mahathir Mohammad menjabat sebagai PM Malaysia untuk kedua kalinya ketika menginjak umur 92 tahun pada 2018.

Presiden Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Presiden Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. (kOMPAS.COM)

Ujang menganggap perbedaan tersebut lantaran faktor karakteristik pemilih yang berbeda pula antara masyarakat Indonesia dengan AS maupun Malaysia.

Adapun perbedaan karakteristik yang dimaksud Ujang adalah terkait faktor sosiologis dan psikologis pemilih Indonesia.

Sehingga, kata Ujang, jika Megawati yang pada tahun 2024 menginjak umur 77 tahun tetap diusung PDIP untuk menjadi capres di 2024, maka peluang untuk menang akan tipis.

"Saya melihat beda kasus dengan (terpilihnya) Mahathir dengan Joe Biden. Di Indonesia ini, banyak hal yang berbeda dengan pemilih-pemilih luar negeri."

"Saya sih melihatnya, peluangnya sulit dan berat karena faktor sosiologis dan faktor psikologis masyarakat Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Amerika. Sehingga menurut saya, membandingkan Mahathir dan Joe Biden, bagi saya tidak pas, tidak cocok, dan tidak sesuai," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (9/1/2023).

Lebih lanjut, Ujang menganggap persaingan dalam Pemilu 2024 adalah arena bertarung bagi kader-kader muda bagi tiap partai.

Baca juga: Info Harga Bahan Pokok di Pasar Bersehati Manado Sulawesi Utara, Kamis 9 Januari 2023

Baca juga: Ferry Irawan Diduga Lakukan KDRT Terhadap Venna Melinda, Kasus Dilimpahkan ke Polda Jatim

 Sehingga sosok seperti Megawati lebih baik untuk menjadi king maker saja.

Namun, jika PDIP masih bersikukuh untuk mencalonkan Megawati maka Ujang menganggap bantuan dari Presiden Joko Widodo yang pada tahun 2024 tidak menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia bisa dimanfaatkan.

"Gelanggang Pilpres nanti itu kan saatnya gelanggang-gelanggang orang muda. Orang tua, ya (jadi) king maker dan di belakang saja. Kalau Jokowi misal membantu Megawati ketika Megawati menjadi capres, mungkin-mungkin saja," jelasnya.

Sebelumnya, wacana Megawati diusung menjadi capres di 2024 diungkapkan oleh Ketua DPP PDIP, Eriko Sotarduga.

Awalnya, usulan agar Megawati maju menjadi capres disampaikan oleh pendiri Total Politik, Budi Adiputro.

Bak gayung bersambut, Eriko pun menganggap usulan Budi masuk akal.

"Ini usulan yang masuk akal, saya nanti harus sampaikan ke Bu Ketua Umum karena bukan kewenangan kami," ujar Eriko, Minggu (8/1/2023) dikutip dari Kompas.com.

Eriko pun menganggap pencalonan Megawati memiliki kesamaan dengan Presiden Brazil Lula da Silva dan terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai PM Malaysia.

"Ada Anwar Ibrahim di usia yang tidak muda. Banyak. Presiden China Xi Jinping. Mereka lihat kenapa enggak yang ketua umum dan pengalaman (maju pilpres)," katanya.

Kemudian, Eriko pun meminta Budi dan rekannya agar melakukan kajian terkait usulan Megawati jadi capres 2024.

Ketika kajian tersebut telah selesai dilakukan, Eriko meminta agar hasilnya disampaikan ke Sekretaris Jenderal (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto.

Kendati demikian, Eriko menegaskan data tersebut digunakan untuk bahan diskusi karena keputusan capres yang diusung PDIP ada di tangan Megawati.

"Jadi sekali lagi ini untuk keputusan ini tentu di tangan Ibu Ketua Umum," tegasnya.

Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan PDIP akan menggelar survei yang melibatkan 50 ribu responden di seluruh Indonesia.

Ucapan Eriko ini berbanding terbalik ketika rata-rata lembaga survei Indonesia menggunakan 1.200 atau 2.200 responden.

"Kenapa tidak, nanti 50.000 responden di seluruh Indonesia, yang sehingga ini bisa mewakili bisa saja," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Syakirun Ni'am)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Wacana Megawati Jadi Capres 2024 dari PDIP, Pengamat: Jangan Samakan dengan Biden dan Mahathir,https://www.tribunnews.com/mata-lokal-memilih/2023/01/09/wacana-megawati-jadi-capres-2024-dari-pdip-pengamat-jangan-samakan-dengan-biden-dan-mahathir?page=all.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved