Hari Reformasi Gereja
Apa Itu Reformasi Protestan? Awal Mula Pecahnya Agama Kristen Menjadi Beberapa Aliran
Reformasi Protestan adalah pergolakan agama, politik, intelektual, dan budaya pada abad ke-16 atas Gereja Katolik yang akhirnya melahirkan Protestan.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID - Apa itu Reformasi Protestan?
Reformasi Protestan atau Reformasi Gereja (juga disebut Reformasi Eropa) adalah suatu skisma dari Gereja Katolik yang diprakarsai oleh Martin Luther dan dilanjutkan oleh Yohanes Calvin, Ulrich Zwingli, serta para Reformis Protestan awal lainnya di Eropa pada abad ke-16.
Gerakan ini umumnya dianggap telah dimulai dengan publikasi 95 Tesis oleh Luther pada 1517, dan berlangsung sampai berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun melalui Perdamaian Westfalen pada 1648.
Reformasi Protestan adalah pergolakan agama, politik, intelektual, dan budaya pada abad ke-16 atas Gereja Katolik yang pada akhirnya melahirkan Protestantisme.
Baca juga: Deretan Tokoh Reformasi Gereja, Dipelopori oleh Martin Luther

Gerakan ini dipelopori oleh Martin Luther, yang kemudian diikuti oleh John Calvin, Ulrich Zwingli, dan Henry VIII.
Para reformis mengkritik otoritas kepausan dan mempertanyakan berbagai penyalahgunaan dan ketidaksesuaian Gereja Katolik sebagai pusat politik dan budaya Kekristenan di Eropa.
Reformasi Protestan berujung pada perpecahan Gereja Barat menjadi Potestantisme dan Gereja Katolik Roma.
Gerakan ini memicu perang, penganiayaan, dan Gereja Katolik pun menanggapinya dengan gerakan Kontra-Reformasi yang diprakarsai oleh Konsili Trente.
Oleh para sejarawan Eropa, Reformasi Protestan dianggap sebagai salah satu peristiwa yang manandai berakhirnya Abad Pertengahan dan awal dari periode modern.
Latar belakang Reformasi Protestan
Sejak abad ke-5 Masehi, Gereja Katolik Roma menjadi pusat kegiatan politik dan budaya Kekristenan di Eropa.
Memasuki periode Renaisans, para pemikir Barat mulai mempertanyakan bahkan menentang otoritas tinggi Gereja Katolik.
Mereka mengkritik doktrin-doktrin yang dianggap palsu dan mengutuk korupsi Gereja Katolik Roma.
Praktik korupsi yang dimaksud adalah jual-beli jabatan rohaniwan serta penjualan indulgensi atau pembayaran untuk pengampunan dosa.
Menurut para reformis, hal tersebut adalah bukti kerusakan sistemik yang harus direformasi.