Internasional
Kekeringan di Eropa Terburuk dalam 500 Tahun, Kesehatan Masyarakat Terancam
Eropa mengalami kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Bahkan, Eropa akan merasakan suhu yang lebih hangat dari biasanya hingga November 2022.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Eropa tengah dilanda kekeringan terburuk dalam 500 tahun.
Saat ini, dua pertiga wilayah Eropa dalam keadaan waspada kekeringan.
Hal ini diungkapkan oleh Observatorium Kekeringan Eropa (EDO), Rabu (24/8/2022).
EDO sendiri berada di bawah naungan Komisi Eropa.
Kekeringan ini menghambat distribusi darat, produksi listrik, dan komoditas tanaman tertentu.
Laporan terbaru EDO mencatat, 47 persen Eropa ada dalam kondisi waspada atau di bawah peringatan dengan defisit kelembapan tanah yang jelas, dan 17 persen dalam keadaan siaga dengan vegetasi yang sudah terpengaruh.
Kekeringan parah ini telah memengaruhi banyak wilayah Eropa sejak awal tahun dan semakin meluas sejak awal Agustus.
"Wilayah Eropa-Mediterania barat kemungkinan akan mengalami kondisi yang lebih hangat dan lebih kering dari biasanya sampai November," tulis EDO, seperti dikutip Reuters.
Sebagian besar wilayah Eropa juga merasakan gelombang panas selama berminggu-minggu sejak awal Agustus.
Kondisi ini telah mengakibatkan masalah kesehatan hingga kebakaran hutan.
Baca juga: Pantas Bharada E Berani Ubah Kesaksian Soal Pembunuhan Brigadir J, Ternyata Ferdy Sambo Ingkar Janji
Baca juga: Ingat Artis Carissa Puteri? Dua Anaknya Kini Kerap Dipuji Tampan, Intip Potretnya
EDO mengatakan, curah hujan pertengahan Agustus mungkin telah meringankan kondisi.
Namun, dalam beberapa kasus hujan justru datang dengan badai petir yang menyebabkan kerusakan baru.
Seruan untuk melakukan lebih banyak tindakan demi mengatasi perubahan iklim pun kini semakin sering terdengar.
"Kekeringan yang terjadi saat ini sepertinya menjadi yang terburuk dalam setidaknya 500 tahun terakhir, dengan asumsi bahwa data akhir musim ini sesuai dengan perkiraan awal," ungkap Komisi Eropa dalam pernyataannya.
Kekeringan juga telah berkontribusi dalam menurunkan hasil panen jagung yang kini berada 16 persen di bawah rata-rata lima tahun terakhir.
