Ekonomi
Risiko Inflasi Membayangi Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Lebih Rendah, Ini Penjelasan BI
Perlambatan ekspor dan inflasi dilihat sebagai penahan pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan. Berikut penjelasan Bank Indonesia.
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Saat ini pandemi virus corona (COVID-19) dianggap sudah mereda.
Pemulihan ekonomi pun masih terus dilakukan berbagai negara, salah satunya Indonesia.
Namun, Bank Indonesia (BI) melihat masih ada risiko.
Risiko tersebut berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo.
Perry mengatakan, risiko yang bisa menahan pertumbuhan ekonomi dalam negeri berasal dari potensi kinerja ekspor yang tak setinggi pada tahun lalu dan kenaikan harga-harga (inflasi).
Baca juga: Nasib Tragis Pengantin ini, Baru Sah Menikah, Sang Istri Tiba-tiba Jatuh Tertembak Peluru Nyasar
Baca juga: Profil Moon Ga Young, Jadi Aktris Sejak Kecil, Pukau Penonton Melalui Drakor Link: Eat, Love, Kill
Menurut Perry, kinerja ekspor tidak selamanya bisa tinggi.
“Ke depan, kinerja ekspor akan dipengaruhi perlambatan ekonomi global, karena permintaan global yang akan terpengaruh dengan perlambatan ekonomi global. Ini memengaruhi kinerja ekspor,” tutur Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/7/2022) secara daring.
Sedangkan dari sisi harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun ini diperkirakan lebih tinggi dari batas atas inflasi yang ditetapkan oleh BI, yang sebesar 4 persen yoy.

Perkiraan Perry, inflasi ada berada di kisaran 4,5 persen yoy hingga 4,6 persen yoy.
Peningkatan inflasi ini didorong peningkatan harga pangan dan peningkatan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah.
Ini kemudian juga akan berpengaruh pada tingkat kecepatan kenaikan konsumsi swasta.
Baca juga: 7 Manfaat Yoga Bagi Fisik dan Mental, Tubuh Juga Jadi Lebih Indah
Baca juga: Atlet Pasi Mitra Boyong 17 Medali Emas dan 15 Perak Dalam Kejurda Atletik Sulawesi Utara
Nah, dengan perkembangan tersebut, Perry memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 bisa berada di kisaran 4,5 persen yoy hingga 5,3 persen yoy.
Namun, dengan risiko yang muncul, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan bisa lebih rendah dari titik tengah kisaran tersebut yang sebesar 4,9 persen yoy.
“Kami melihat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 ada di kisaran 4,5 persen yoy hingga 5,3 persen yoy, tetapi bisa lebih rendah dari titik tengah yang sebesar 4,9 persen yoy,” kata Perry.(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Gubernur BI Ungkap Risiko yang Membayangi Perekonomian RI.