Kesehatan
Spons Cuci Piring Bisa Berbahaya Bagi Tubuh, Harus Ganti Setiap 2 Minggu Sekali
Spons cuci piring rupanya bisa berbahaya bagi tubuh jika terus menerus digunakan. Selain mengganti dengan yang baru, berikut cara membersihkan spons.
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kebanyakan rumah tangga mencuci piring menggunakan spons.
Mencuci dengan spons memang mudah mengangkat noda.
Karena digunakan setiap hari, tentu spons menjadi mudah kotor.
Hal tersebut menyebabkan spons tetap mengandung bakteri yang bisa berbahaya bagi tubuh.
Dilansir Grid.ID dari Women's Health via Kompas.com, mencuci piring dengan spons kotor sangat berisiko bagi kesehatan.
Sebab spons cuci piring akan membawa kontaminasi silang.
Baca juga: Cara Membuat Jasuke Sendiri di Rumah, Gunakan Bahan Murah Namun Tetap Lezat
Baca juga: Kuda Olly Dondokambey Dominasi Penyisihan Kejurnas 2022, Sulawesi Utara Kans Juara Umum Seri 1
Studi Scientific American tahun 2017 menemukan hasil yang mengejutkan tentang jumlah bakteri yang bersembunyi di spons cuci piring kotor.
Penguji menemukan lebih dari 300 jenis bakteri berbeda pada satu spons, dengan kepadatan hingga 45 miliar per sentimeter persegi.
Dibandingkan dengan tempat kotor lainnya di rumah, maka ada bintik-bintik di spons cuci piring yang terkonsentrasi dengan bakteri seperti toilet.

Parahnya, banyak orang menggunakan spons yang sama untuk mencuci piring seperti yang mereka lakukan untuk membersihkan meja setelah persiapan makan.
Artinya, kita menggunakan alat sama untuk membersihkan sisa makanan dan menggosok piring atau mangkuk.
Laporan The New York Times juga menyebut bahwa semua bakteri yang ada di spons cuci piring berpotensi membuat sakit.
Baca juga: Gempa Terkini Sore Ini Senin 18 Juli 2022, Baru Guncang di Laut, Info BMKG Lokasi dan Magnitudonya
Baca juga: Terungkap, Brigadir J Disiksa Sebelum Tewas, Disayat-sayat Pakai Benda Tajam
Bakteri E. coli dan salmonella merupakan penyakit bawaan makanan yang sangat umum.
Ada juga bakteri Campylobacter, yang menyebabkan sekitar 1,3 juta penyakit setiap tahun di AS dan merupakan penyebab utama kondisi diare akibat bakteri.
Lantas, bagaimana solusinya?
