Baku Tembak di Jakarta
5 Kejanggalan Kasus Ajudan Kadiv Propam Tewas Baku Tembak, CCTV Rusak hingga Blokir Kontak Keluarga
Namun dalam insiden baku tembak ini antara Brigpol Norpryansah dan Bharada E, ada banyak kejanggalan yang justru jadi tanda tanya.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Saat itu, Brigadir Josua sedang mendampingi keluarga perwira tinggi Polri tersebut ke Magelang.
Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu ia akan kembali ke Jakarta.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu di komentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel.
Mereka memperkirakan, perjalanan Magelang menunu ke Jakarta sekira 7 jam.
Kemudian, mereka menghubungi Brigadir Josua untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta.
Namun, saat itu Brigadir Josua tidak bisa dihubungi, semua kontak di keluarganya telah diblokir.
"Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya di blokir," katanya.
Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir Josua telah meninggal dunia.
4. Tak ada persetujuan autopsi
Mirisnya, informasi tersebut tidak mereka terima langsung dari kepolisian, melainkan dari adik kandung korban yang juga bertugas di Mabes Polri.
Tidak hanya itu, ia juga mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya.
Ia mendapati Brigadir Josua sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh, dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi.
"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya
(Putri Istri Irjen Ferdy Sambo Dilecehkan Brigadir J. Teriak Minta Tolong ke Bharada E. (via TribunnewsWiki.com)