Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kronologi Kakek Muhadi yang Hilang Selama 30 Tahun dan Terdampar di Sumatera

Hilangnya Muhadi bermula awal tahun 1990 saat dirinya pamit pergi ke Malaysia untuk bekerja.

Editor: Tirza Ponto
kolase tribunmanado/Instagram @polres_trenggalek
Kronologi Kakek Muhadi yang Selama 30 Tahun Terdampar di Sumatera. 

“Terima kasih kepada Kapolres Labuhanbatu dan Pak Kapolres Trenggalek,” ujar Muhadi dengan nada bahagia.

Kapolres Trenggalek menjelaskan, selama perjalanan dari tempat perantauannya, Muhadi ditemani oleh seorang anggota Polres Labuhanbatu.

Setelah tiba di bandara Juanda, Muhadi dikawal oleh anggota Polres Trenggalek hingga kampung halaman.

“Semoga kepulangan kembali di Trenggalek, membawa kebahagiaan keluarga,” terang Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera di halaman rumah keluarga Muhadi.

Sedangkan satu anggota Polres Labuhanbatu yang ikut mendampingi Muhadi menjelaskan, pertama kali menemukan Muhadi melalui media sosial pada awal bulan Juni 2022 lalu.

Kemudian anggota Polres Labuhanbatu Aiptu Haris Fadillah mendatangi lokasi sesuai informasi yang ia terima.

Selanjutnya, ia melaporkan ke Kapolres Labuhanbatu dan ditindak lanjut untuk menelusuri keluarganya di kampung halaman.

“Beliau ( Muhadi) tinggal di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara. Dan lokasinya sangat jauh sekali dan tidak ada sinyal telepon,” ujar Aiptu Haris Fadillah di rumah keluarga Muhadi di Trenggalek.

Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang.
Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang. (Istimewa/Instagram @polres_trenggalek)

Dijelaskan, selama di wilayah Labuhanbatu, Sumatera Utara, Muhadi kerja serabutan.

Mulai membuat anyaman bambu, membuat kendang, hingga buruh cangkul.

Di wilayah tersebut, banyak orang tidak mengenal Muhadi.

Namun warga menyebut Muhadi dengan nama lain yakni Wak Cangkol.

“Warga disana tidak ada yang tahu kalau Namanya Muhadi. Beliau ini lebih dikenal dengan nama Wak Cangkol. Karena sering mencangkul lahan garapan warga,” terang Aiptu Haris.

Selama puluhan tahun di Labuhanbatu, Muhadi membuat gubuk di samping rumah orang dan tinggal seorang diri.

Jauh dari layak, tempat tinggal Muhadi berbahan bambu dan kayu, dengan lebar sekitar 1x2 meter.

“Tidak tinggal di rumah orang. Tapi membuat gubuk disamping rumah orang, dengan lebar kurang lebihnya 1x2 meter. Sempit sekali hanya bisa untuk tidur,” terang Aiptu Haris.

Sebelumnya, Muhadi hilang kontak selama puluhan tahun.

Anak Muhadi sempat mencari, namun hanya sampai di Jambi karena kehabisan uang saku dan kembali pulang.

Karena penantian yang panjang dan tidak ada kabar sama sekali, pihak keluarga sempat mengira Muhadi sudah meninggal dunia.

Belakangan diketahui, Muhadi ditemukan selamat, dan sempat tatap muka melalui saluran panggilan video yang difasilitasi pihak Polres Labuhanbatu dengan Polres Trenggalek.

Artikel ini tayang di SerambiNews.com 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved