Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kronologi Kakek Muhadi yang Hilang Selama 30 Tahun dan Terdampar di Sumatera

Hilangnya Muhadi bermula awal tahun 1990 saat dirinya pamit pergi ke Malaysia untuk bekerja.

Editor: Tirza Ponto
kolase tribunmanado/Instagram @polres_trenggalek
Kronologi Kakek Muhadi yang Selama 30 Tahun Terdampar di Sumatera. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Beberapa hari ini publik dibuat haru dengan kisah viral seorang kakek Muhadi (73).

Setelah dianggap meninggal oleh keluarganya, tiba-tiba keluarga mendapat kabar keberadaan Muhadi dan bertemu dengannya. 

Muhadi ditemukan dalam kondisi selamat di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Setelah dinyatakan hilang selama puluhan tahun, Muhadi (jaket hitam) tiba di kampung halaman di Trenggalek Jawa Timur, Selasa (28/06/2022).
Setelah dinyatakan hilang selama puluhan tahun, Muhadi (jaket hitam) tiba di kampung halaman di Trenggalek Jawa Timur, Selasa (28/06/2022). (SLAMET WIDODO)

Muhadi berasal dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Kini keluarga Muhadi sangat bahagia akhirnya bisa bertemu lagi dengannya.

Kronologi Hilangnya Kakek Muhadi

Hilangnya Muhadi bermula awal tahun 1990 saat dirinya pamit pergi ke Malaysia untuk bekerja.

Muhadi kemudian pulang ke tanah air dan pergi merantau ke Aceh untuk mencari pekerjaan di tanah rencong.

Di tahun 2006, Muhadi sempat memberi kabar ke keluarganya, bahwa dirinya selamat dari tsunami Aceh 2004.

Sejak saat itu, keluarga tak lagi mendapatkan kabar dari Muhadi.

Kini, Muhadi telah berkumpul kembali bersama keluarga di Kabupaten Trenggalek.

Kakek Muhadi bertemu keluarganya setelah 30 tahun.
Kakek Muhadi bertemu keluarganya setelah 30 tahun. (Instagram @polres_trenggalek)

Momen mengharukan ini tercipta di rumah seorang warga di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Keluarga di rumah tersebut tak kuasa menahan tangis saat melihat kedatangan sosok yang dirindukannya selama 30 tahun.

Ia adalah sosok Muhadi, pria paruh baya sang kepala rumah tangga.

Baca juga: Baru Terungkap, Sempat Diberitakan Hilang, Ternyata Marshanda Sedang Healing Trip di Amerika

Baca juga: Sosok Sheila Salsabila, Dokter yang Kabarkan Marshanda Hilang, Sahabat Lama

Setelah puluhan tahun hilang kontak dengan keluarga, Muhadi (72) akhirnya kembali berkumpul dengan keluarganya, Selasa (28/6/2022).

Diketahui, selama ini warga asal Trenggalek yang hilang kontak tersebut, tinggal sebatang kara di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Kedatangan Muhadi di kampung halamannya, Desa Ngadisoko, Kecamatan Durenan, Trenggalek, disambut meriah oleh ratusan warga sekitar.

“Selamat datang di rumah, Pak,” teriak salah satu warga di antara kerumunan, Selasa.

Warga memadati sepanjang jalan menuju rumah Muhadi.

Rasa bahagia juga dirasakan warga, ketika Muhadi kembali pulang setelah selama puluhan tahun dinyatakan hilang, bahkan dianggap telah meninggal.

Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang.
Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang. (Instagram @polres_trenggalek)

Warga bahkan mengabadikan momen bahagia tersebut, menggunakan telepon genggam, dan sebagian ada yang menayangkan secara langsung di media sosial.

“Alhamdulilah Pak Muhadi kembali dan sehat,” teriak seorang warga histeris.

Di rumah keluarganya, Muhadi di sambut oleh Kapolres Trenggalek, Danramil, Camat Durenan serta perangkat desa.

Ratusan warga yang berada di lokasi, bersorak bahagia ketika Surti (65), istri Muhadi bersama empat anaknya menyambut kedatangan pria tersebut di halaman rumahnya.

Secara bergantian, empat anaknya memeluk sosok sang bapak yang selama ini tidak ada kabar sama sekali.

Sedangkan istrinya Muhadi tampak lebih banyak diam, menahan rasa bahagia yang tidak terungkap.

Di dalam rumah, sanak saudara sudah berkumpul dan memberi salam pada Muhadi.

Dan pada saat itu juga, dilangsungkan syukuran atas kembalinya Muhadi bersama keluarga di Trenggalek Jawa timur.

Karena di Malaysia pekerjaan tidak menentu, akhirnya memutuskan mencari kerja seadanya di Aceh.

“Saya pamit merantau pada tahun sekitar 1992 kalau tidak salah,” ujar Muhadi dengan logat khas warga Sumatera Utara.

Selama merantau di Sumetera Utara, Muhadi mengaku kerja di kawasan perkebunan.

Pada awalnya, Muhadi Memiliki gaji yang layak dan mengirim sejumlah uang ke keluarganya di Trenggalek.

Baca juga: Kisah Persahabatan Dua Bule Beda Negara yang Ikut Lari di Indonesia International Marathon 2022

Seiring berjalan waktu, Muhadi tidak lagi mendapatkan gaji karena dicurangi salah satu staf perkebunan tempat ia bekerja.

Rasa ingin pulang ke kampung halaman selalu tertunda, karena uang tiket tidak kunjung diberikan.

“Saya ingin sekali pulang. Dua kali uang tiket tidak diberikan ke saya,” ujar Muhadi.

Ketika Tsunami melanda Aceh pada tahun 2004 silam, Muhadi kehilangan pekerjaan.

Ia sempat memberi kabar ke keluarga Trenggalek selamat dari bencana tersebut, pada tahun 2006 silam.

Pada percakapannya waktu itu, Muhadi akan mencari pekerjaan baru.

Niat Muhadi sempat dibantah oleh anak pertamanya, agar kembali pulang ke Trenggalek.

“Waktu itu anak saya melarang saya kerja lagi, Anak saya bilang, sudah tidak butuh uang bapak lagi. Kami ingin bapak pulang saja,” terang Muhadi.

Karena tidak mau pulang ke kampung halaman tanpa membawa hasil, Muhadi berusaha mencari kerja di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara.

Namun, Muhadi tidak mendapat pekerjaan tetap, dan bekerja seadanya.

“Jangankan untuk pulang, hasil kerja hanya bisa buat makan sehari-hari. Hasil yang saya dapat dari kerja serabutan hanya cukup untuk hidup,” terang Muhadi.

Mulai saat itu, Muhadi hilang kontak dengan keluarga di Trenggalek.

Hingga akhirnya keberadaanya di ketahui oleh salah satu anggota Polres Labuhanbatu, dan dipulangkan ke Kampung halaman di Trenggalek.

“Terima kasih kepada Kapolres Labuhanbatu dan Pak Kapolres Trenggalek,” ujar Muhadi dengan nada bahagia.

Kapolres Trenggalek menjelaskan, selama perjalanan dari tempat perantauannya, Muhadi ditemani oleh seorang anggota Polres Labuhanbatu.

Setelah tiba di bandara Juanda, Muhadi dikawal oleh anggota Polres Trenggalek hingga kampung halaman.

“Semoga kepulangan kembali di Trenggalek, membawa kebahagiaan keluarga,” terang Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera di halaman rumah keluarga Muhadi.

Sedangkan satu anggota Polres Labuhanbatu yang ikut mendampingi Muhadi menjelaskan, pertama kali menemukan Muhadi melalui media sosial pada awal bulan Juni 2022 lalu.

Kemudian anggota Polres Labuhanbatu Aiptu Haris Fadillah mendatangi lokasi sesuai informasi yang ia terima.

Selanjutnya, ia melaporkan ke Kapolres Labuhanbatu dan ditindak lanjut untuk menelusuri keluarganya di kampung halaman.

“Beliau ( Muhadi) tinggal di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara. Dan lokasinya sangat jauh sekali dan tidak ada sinyal telepon,” ujar Aiptu Haris Fadillah di rumah keluarga Muhadi di Trenggalek.

Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang.
Haru, kakek bernama Muhadi (73) yang bertemu kembali dengan keluarga dan masyarakat setelah selama 30 tahun tak pulang. (Istimewa/Instagram @polres_trenggalek)

Dijelaskan, selama di wilayah Labuhanbatu, Sumatera Utara, Muhadi kerja serabutan.

Mulai membuat anyaman bambu, membuat kendang, hingga buruh cangkul.

Di wilayah tersebut, banyak orang tidak mengenal Muhadi.

Namun warga menyebut Muhadi dengan nama lain yakni Wak Cangkol.

“Warga disana tidak ada yang tahu kalau Namanya Muhadi. Beliau ini lebih dikenal dengan nama Wak Cangkol. Karena sering mencangkul lahan garapan warga,” terang Aiptu Haris.

Selama puluhan tahun di Labuhanbatu, Muhadi membuat gubuk di samping rumah orang dan tinggal seorang diri.

Jauh dari layak, tempat tinggal Muhadi berbahan bambu dan kayu, dengan lebar sekitar 1x2 meter.

“Tidak tinggal di rumah orang. Tapi membuat gubuk disamping rumah orang, dengan lebar kurang lebihnya 1x2 meter. Sempit sekali hanya bisa untuk tidur,” terang Aiptu Haris.

Sebelumnya, Muhadi hilang kontak selama puluhan tahun.

Anak Muhadi sempat mencari, namun hanya sampai di Jambi karena kehabisan uang saku dan kembali pulang.

Karena penantian yang panjang dan tidak ada kabar sama sekali, pihak keluarga sempat mengira Muhadi sudah meninggal dunia.

Belakangan diketahui, Muhadi ditemukan selamat, dan sempat tatap muka melalui saluran panggilan video yang difasilitasi pihak Polres Labuhanbatu dengan Polres Trenggalek.

Artikel ini tayang di SerambiNews.com 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved