Aplikasi MyPertamina
Pembelian LPG 3 Kg Juga Dipastikan Pakai Aplikasi MyPertamina
Setelah diresmikannya pembelian bahan bakar jenis pertalite dan solar menggunakan aplikasi MyPertamina, kali ini LPG 3kg juga akan menggunakan MyPerta
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mulai tanggal 1 Juli 2022, PT Pertamina Patra Niaga akan menguji coba cara baru pembelian BBM subsidi, Pertalite dan Solar, menggunakan aplikasi MyPertamina. .
Menurut Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution, cara baru pembelian BBM subsidi tersebut diberlakukan karena ada konsumen yang tidak berhak menikmati BBM subsidi Pertalite dan Solar.
Setelah diresmikannya pembelian bahan bakar jenis pertalite dan solar menggunakan aplikasi MyPertamina, kali ini LPG 3kg juga akan menggunakan MyPertamina.
Pembelian Gas LPG 3kg menggunakan aplikasi ini, sebenarnya sudah lebih dahulu dijalankan pemerintah namun hanya berlaku di beberapa kalangan masyarakat saja.

Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo mengungkapkan Pemberlian pembelian gas LPG 3kg tersebut sudah berlangsung dari Maret 2022 lalu.
Hal ini diprediksi Ega akan menjadi hal yang diwajibkan oleh Pertamina mengingat konsumsi Gas LPG 3kg masih belum tepat sasaran bagi masyarakat yang kurang mampu.
Menurut Ega, rencana pembelian gas elpiji menggunakan MyPertamina akan dilakukan untuk menekan konsumsi LPG 3kg yang merupakan barang bersubsidi dan bisa lebih tepat sasaran.
“Untuk LPG sebetulnya sama kita minta juga untuk register (lewat aplikasi MyPertamina),” kata Mars.
Baca juga: Aturan Beli Elpiji Subsidi Berubah Lagi, Kini Akan Pakai Aplikasi MyPertamina, Sudah Uji Coba 6 Kali
Dirinya lantas menyebut, pembelian LPG 3kg dengan MyPertamina sudah lebih dulu diuji coba, dibanding Pertalite.
Pemerintah dalam hal ini menggunakan basis data konsumen melalui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial.
"Sebetulnya LPG sudah kami lakukan uji coba di 114.000 penduduk menggunakan MyPertamina'>aplikasi MyPertamina. Alhamdulillah sekarang sudah masuk di tahap ke-6,” ujar Mars.
“Kita menggunakan basis data DTKS, tapi nanti kita kembalikan ke pemerintah apakah menggunakan DTKS atau pemerintah akan menggunakan skema seperti BBM yang me-register, masyarakat di-register. Nanti kita sebagai badan usaha menyesuaikan,” tambah Mars.
Sementara itu, uji coba pembelian LPG dengan MyPertamina mulai dilakukan sejak Maret 2022 lalu dan saat ini memasuki Tahap 6.
Uji coba ini melibatkan 5 kota/kabupaten, 96 pangkalan, 18.307 keluarga penerima manfaat (KPM), dan waktu uji coba pekan ke-1 Juli – pekan ke-4 Juli 2022.

Baca juga: Ini Alasan Manado Dipilih Jadi Lokasi Uji Coba Pembelian Pertalite dan Solar Pakai MyPertamina
Namun memang belum ada informasi resmi kapan kebijakan tersebut akan diberlakukan secara luas.
Sebab sampai sekarang masyarakat masih bisa membeli LPG 3kg dengan bebas di warung-warung.
Pemerintah sendiri memang sudah menyiapkan subsidi energi untuk BBM dan LPG sejumlah ratusan triliun tahun ini. Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak semakin terbebani dengan harga-harga yang sudah tinggi.
Namun, penambahan anggaran subsidi sebenarnya hanyalah strategi jangka pendek pemerintah.
Untuk jangka panjang, pemerintah tengah menggodok skema pemberian subsidi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Sebab menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, LPG 3kg dan BBM yang disubsidi, justru lebih banyak dinikmati kalangan mampu.
“Kalau kita lihat bagaimana manfaat yang diterima masyarakat terhadap LPG memang terlihat sekali dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat dengan justru kelompok yang mampu,” kata Febri saat Rapat bersama Banggar DPR RI, Selasa 14 Juni 2022 lalu.
Berikut adalah fakta-fakta seputar subsidi LPG dan BBM yang disampaikan Febrio kepada DPR:

1. Lebih banyak dinikmati orang kaya
Febrio menyatakan, empat desil masyarakat termiskin ternyata hanya menikmati subsidi LPG tiga kilogram sebesar 23,3 persen dari total subsidi. Sedangkan empat desil terkaya menikmati 57,9 persen dari total LPG bersubsidi.
2. LPG mayoritas dari impor
Ia menyampaikan, 80 persen dari total LPG yang diimpor, digunakan untuk LPG kemasan 3kg.
3. Membebani keuangan negara
Febrio menjelaskan, harga komoditas energi semakin meningkat akibat konflik geopolitik namun Harga Jual Eceran (HJE) tetap Rp4.250 per kilogram sejak 2010. Padahal seharusnya dijual sesuai harga keekonomiannya sebesar Rp19.609 per kilogram.
“Ini menunjukkan besarnya beban dari subsidi LPG yang kita lakukan tapi ini keputusan dari kita bersama untuk menjaga daya beli di tengah ketidakpastian 2022,” ujar Febrio.
4. Konsumsi LPG 3kg makin naik
Tahun ini, konsumsi LPG bersubsidi diproyeksikan mencapai 7,82 juta metrik ton, sedangkan konsumsi LPG non subsidi sebesar 0,58 juta metrik ton.
5. Orang kaya "minum" BBM paling banyak
Febrio mengungkap, 60 persen masyarakat terkaya menikmati hampir 80 persen dari total konsumsi BBM bersubsidi atau 33,3 liter per rumah tangga per bulan.
6. Orang miskin "minum" BBM sedikit
Selanjutnya, disebutkan 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati konsumsi BBM bersubsidi sebanyak 17,1 liter per rumah tangga per bulan.
Bahkan selisih antara harga penetapan dengan harga keekonomian dari BBM jenis solar saat ini sangat tinggi yakni Rp5.150 untuk harga penetapan dan keekonomian Rp12.170.
“Nah ini lah yang menjadi evaluasi bagi kita untuk semakin bisa pertajam kebijakan subsidi ke depan,” ucap Febrio.(*)
Artikel ini tayang di : Tribun-Bali.com