Gempa Bumi
Diguncang Gempa Dahsyat hingga Tewaskan 1000 Orang, Afghanistan 'Meminta Pertolongan Dunia'
Gempa magnitudo 5.9 SR guncang Afghanistan. Alami krisis kemanusian hingga mungkin harus mendapatkan pertolongan dunia.
"Kami membutuhkan makanan dan air. Seluruh sistem distribusi air kami hancur. Semuanya hancur."
Dalam keadaan tidak dilumat gempa saja, kawasan tersebut sudah sulit dijangkau. Jalanan rusak dan sejumlah longsor sebelum ini makin menyulitkan akses ke sana.
Sejumlah tim penolong berupaya turun tangan menggunakan helikopter untuk menuju ke lokasi terdampak gempa.
Namun, seturut penarikan pasukan Amerika dan NATO dari Afghanistan yang dimulai pada pengujung kekuasaan Presiden Donald Trump dan finalisasinya di pemerintahan Joe Biden, banyak organisasi kemanusiaan meninggalkan negara yang selama berdekade-dekade telah menjadi arena perang berbasis perebutan penguasaan sumber daya energi dan ideologi itu.
Sebagaimana dikutip AP, Alakbarov menyebut bahwa Afghanistan tidak secara resmi meminta PBB memobilisasi bantuan dunia ke lokasi gempa. Namun, kata dia, Afghanistan membuka akses penuh ke sana bagi bantuan internasional.
Gempa Afghanistan pada Rabu berpusat di Provinsi Paktika, sekitar 50 kilometer arah barat daya dari Kota Khost. Pusat gempa disebut hanya berkedalaman 10 kilometer dari permukaan tanah dan masuk kategori gempa dangkal yang kekuatannya cenderung menghancurkan.
Setelah kengerian pada jam-jam pertama setelah gempa melumat Ghurza, warga yang selamat telah menguburkan 60 orang pada Rabu dan 30 orang pada Kamis.
"Kami bahkan tidak memiliki sekop untuk menggali, tidak ada peralatan," kata Ghurziwal.
Di pelataran sisa-sisa rumahnya, ibu Ghurziwal yang berusia 80 tahun terbaring di dipan, mencoba mencari perlindungan dari terik matahari. Pada malam setelah gempa, hujan deras mengguyur mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Masih dari Ghurza, Nawab Khan mengatakan kepada AFP bahwa dia kehilangan tujuh anggota keluarganya. Mereka adalah istri dan enam anaknya.
Di dekatnya, sebuah tenda didirikan di sebelah rumah yang diratakan, menyediakan tempat berlindung bagi sekitar 15 wanita dan anak-anak.
Wanita tua lainnya, mengenakan gaun beludru merah bermotif bunga dan selendang hijau panjang, kehilangan empat kerabat.
"Saya menguburkan mereka hari ini," kata perempuan yang mengaku bernama Zulfana, kepada AFP. Sekarang, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu bantuan dan penyelamat tiba.
"Saya merasa sangat tidak berdaya, saya tidak punya satu sen pun," ujar Zulfana lirih.
Gempa pada Rabu dini hari itu merobohkan menara telekomunikasi dan memutus jaringan listrik. Jalan pun terblokir bebatuan yang longsor.