KKB Papua
Soal Prajurit TNI di Wilayah Konflik, Pengamat Usulkan yang Bertugas Mendapat Tunjangan Lebih
Terkait prajurit TNI yang bertugas di wilayah konflik. Diketahui hal itu menjadi sorotan pengamat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait prajurit TNI yang bertugas di wilayah konflik.
Diketahui hal itu menjadi sorotan pengamat.
Dimana pengamat mengusulkan para prajurit di wilayah konflik agar tunjangannya dapat lebih.
Baca juga: Gempa Guncang Lampung Selasa 14 Juni 2022, Baru Saja Guncangan di Darat, Berikut Info BMKG
Baca juga: Seorang Narapidana Masih Bisa Mengendalikan Perdaran Narkoba padahal Ada di Penjara
Baca juga: Kecelakaan Maut Pukul 16.00 WIB, Seorang Pemotor Tewas, Tabrak Pembatas Jalan lalu Masuk Saluran Air
Kasus oknum prajurit menjual amunisi kepada tentara OPM menjadi sorotan.
Video penangkapan oknum tentara tersebut pun menjadi viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 1 menit 51 detik itu, oknum berpangkat Praka itu mengaku menjual amunisi sebanyak 10 butir pelruru ke Jhon Sandego senilai Rp2 juta.
"Saya baru jual satu kali, uangnya untuk makan," paparnya.
Persoalan itu disinyalir dipicu oleh masalah perut yang membuat mental dan moral oknum prajurit jadi terdegradasi.
Pengamat Terorisme dan Intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan, kasus penjualan amunisi kepada OPM tidak dapat ditolerir. Harus ditindak tegas.
"Setiap ada pelanggaran oleh personel TNI baik di wilayah perang atau damai harus diberikan sanksi sesuai UU yang berlaku," ujar Harits Abu Ulya, pengamat Terorisme dan Intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) dalam keterangan yang diterima hari ini.
Harits menegaskan, pembinaan pada anggota harus menjadi salah satu prioritas bagi pimpinan.
Sehingga tidak ada kedepannya anggota yang nakal dengan menjual amunisi dan lainnya. Karena melalui proses pembinaan semua anggota bisa dirawat konsistensinya kepada doktrin - doktrin Sapta Marga. Serta bisa meningkatkan personal quality nya.
"Namun demkian pengawasan internal kepada anggota harus berjalan dengan maksimal dan ekstra terutama di daerah konflik," jelasnya.
Harits mengungkapkan, banyak pintu terbuka yang bisa membuat prajurit terkooptasi dengan lingkungan luar dan akhirnya mendegradasi mental dan moral prajurit yang berujung lahirnya tindakan indisipliner atau pelanggaran berat lainnya.