Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

MTPJ 29 Mei 4 Juni 2022

Bacaan Alkitab: Amsal 17:1-17 ''Anak adalah Mahkota”

Keluarga adalah lembaga terkecil dalam komunitas masyarakat, memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing baik

Editor: Aswin_Lumintang
Istimewa
SOSOK Salomo Raja Israel, Orang Paling Berhikmat di Bumi, Punya 1000 Istri Penyembah Berhala 

Kemuliaan orang tua memiliki relasi yang kuat dengan kehidupan anak-anaknya. Kehidupan anak-anak yang bijak dan benar mendatangkan kemuliaan bagi orang tua.

Mahkota itu menjadi tanda hidup panjang umur yang benar. Karena itu Yesus sendiri menempatkan anak-anak dalam kemuliaaan-Nya dengan mengingatkan kepada murid-murid-Nya untuk tidak menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya (Markus 10:14). Bagi masyarakat Israel kuno, memiliki anak menjadi tanda adanya berkat. Sementara itu, kehormatan (tipharah) anak-anak ditentukan oleh penghargaan yang diberikan masyarakat kepada nenek moyang mereka. Pengajaran ini hendak mengungkapkan betapa pentingnya keluarga bagi masyarakat Israel kuno.

Karena itu penting untuk menjadi pribadi-pribadi yang bijak bukan menjadi orang bebal (ay.715). Orang bijak adalah orang yang berpengertian, yang mencintai pengetahuan dan suka diajar karena itu dengan senang hati menerima teguran untuk membangun pribadi yang baik. Sedangkan orang bebal (kesil) tidak mau menerima didikan.

Sehingga lebih mudah menjadi orang durhaka, membalas kebaikan dengan kejahatan, sering menjadi awal pertengkaran dan lebih berpihak pada kejahatan dengan mempersalahkan orang benar.

Pada ayat 16-17, pengamsal menjelaskan tidak ada gunanya uang ditangan orang bebal untuk membeli hikmat (ay.16), uang melambangkan keinginan orang yang bebal akan hikmat tapi ia tidak memiliki kecakapan pikiran hati terhadap hikmat itu.

Kurangnya kesungguhan dalam mendambakan hikmat dan didikan. Karena tidak berakal budi, orang bebal berpikir dapat membeli hikmat dengan uangnya, padahal hikmat memiliki nilai yang tidak dapat dibeli.

Demikian juga sahabat dan saudara dalam menunjukkan kasih dan kesetiaan di setiap waktu tidak dapat dibeli dengan uang. Waktu menunjukkan sikap pengorbanan yang diberikan dengan tulus sekalipun dalam kesukaran, sikap ini mengindikasikan pentingnya membangun relasi yang baik dengan keluarga maupun dengan sesama sebagai sahabat yang baik.

Makna dan Implikasi Firman
 Banyak keluarga Kristen yang kandas karena tidak mampu menciptakan suasana damai sejahtera dalam kehidupan keluarga. Orientasi penuh pada materi mengesampingkan pentingnya membangun suasana yang tentram dalam keluarga. Ketentraman dapat diciptakan bukan hanya dari kemewahan tetapi juga dari kesederhanaan.

 Alkitab menyampaikan pemahaman yang sangat jelas bahwa Tuhan sangat sayang terhadap anak-anak. Dimata-Nya, anak-anak seumpama harta yang tak bernilai dan memposisikan sebagai atribut yang perlu diperhatikan yaitu Kerajaan Allah sebagaimana perkataan Yesus Kristus dalam Injil-Injil. Anak-anak adalah hal yang sangat penting, jika anak berarti penting bagi Tuhan, maka orang tua harus berpikiran yang sama dengan Tuhan Yesus Kristus.

 Anak-anak adalah mahkota orang tua, meski kenyataan membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran tata nilai dalam relasi orang tua dan anak yang menyebabkan banyak anak-anak yang tidak mampu menghargai orang tua dan tidak menjadi mahkota bagi orang tua.

Anak-anak dinasehati untuk hidup sebagai orang-orang bijak, baik dalam bertutur kata maupun dalam berperilaku. Keadaan seperti ini tidak boleh menjadi batu sandungan bagi para orang tua untuk merangkul dan membangun hubungan baik antara Orang tua dan anak. Sebab anak-anak seperti kata Alkitab adalah dipandang sebagai karunia dari Allah. Anak-anak bisa membawa kebahagiaan, anak-anak harus dikasihi, dihargai, dan dihormati seperti orang dewasa; mereka penting dalam kerajaan Allah (Mat. 18:10, Tit. 2:4, Mat. 18:1-6). Anak-anak juga diberi tanggung jawab: menghargai dan menghormati orang tua, peduli terhadap mereka, mendengarkan mereka, dan patuh kepada mereka (Mark. 7:10-13; Ef. 6:1).

 Kehormatan anak-anak adalah orang tua dan nenek moyang mereka, namun tidak jarang kenyataan menampilkan hal sebaliknya, orang tua bukannya menjadi kehormatan tetapi malah menjadi bahan celaan karena tidak mampu hidup memberi teladan yang baik kepada anak-anak. Dewasa ini anak-anak semakin kritis dalam menilai, sehingga orang tua harus mampu menunjukkan teladan hidup yang baik sebagai pendidikan yang nyata bagi anak-anak.

 peran orang tua adalah siap menghadapi tantangan pendidikan masa depan, fokus pada tujuan pendidikan, menjadi teladan, serta mengajar dan berpegang pada kebenaran. Hidup sebagai orang bijak yang memiliki pengertian, khususnya dalam membangun relasi dengan keluarga dan sesama, juga warisan orang tua terhadap anak-anak.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved