Jangan Sembarang Bunyikan Klakson di Brunei Darussalam, Ini Artinya Bisa Berakibat Fatal
Dijelaskan Wulan apabila seseorang membunyikan klaksonnya di Brunei maka dia dianggap mengajak ribut.
TRIBUNMANADO.CO.ID- Di Indonesia siapa saja bisa membunyikan klakson sesuka hatinya tanpa ada yang melarang.
Kecuali orang yang merasa terganggu. Tapi, di Brunei Darussalam berbeda.
Ada aturan untuk memnbunyikan klakson, jika salah bis akeba sanksi.
Baca juga: Segini Gaji Sopir di Brunei Darussalam, Bikin Melongo, Lebih Besar Dari Gaji PNS Indonesia
Kawasan di Brunei Darussalam (YouTube)
Hati-hati saat berkendara di jalanan Brunei Darussalam, pasalnya ada beberapa hal yang benar-benar harus Anda perhatikan.
Termasuk etika membunyikan klakson saat sedang berada di jalan raya.
Ternyata membunyikan klakson ketika berkendara di Brunei Darussalam tak bisa asal dan sembarangan.
Entah karena ingin mendahului kendaraan lain atau sekadar menyapa orang yang kita kenal saat bertemu di jalan raya.
Baca juga: Pantas Brunei Darussalam Jadi Negara Kaya di Asia, Ternyata Segini Penghasilan Perkapita Mereka
Kawasan di Brunei Darussalam, YouTube San Malik.(YouTube San Malik)
Membunyikan klakson berkali-berkali pun tak memiliki sanksi hukum meski terbilang mengganggu ketenangan pengendara.
Namun, jangan berani-beraninya melakukan hal semacam ini di negara yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah tersebut.
Pasalnya membunyikan klakson di Brunei adalah hal yang sangat jarang terjadi dan tak boleh sembarang dilakukan.
Wulan, seorang WNI yang menetap lama di Brunei membocorkan alasan tak boleh sembarangan membunyikan klakson.
Baca juga: Akhirnya Artis Lawas Ini Bahagia Dipinang Bule Amerika Setelah Menjanda 7 Tahun di Negara Brunei
Dijelaskan Wulan apabila seseorang membunyikan klaksonnya di Brunei maka dia dianggap mengajak ribut.
"Jangan sekali-kali membunyikan klakson.
Kalau di Brunei jika ada jammed/macet lalu kita membunyikan klakson apalagi yang tak henti-henti intinya kita ngajak ribut," terang Wulan.
Hal ini yang membuat Wulan mengatakan dia sangat jarang menemukan pengendara yang membunyikan klakson di Brunei.
Meski bisa dibilang tetangga, ternyata negara Brunei Darussalam memiliki sejumlah kebiasaan yang jauh berbeda dan tak dimiliki di negara Indonesia.
Beberapa kebiasaan tersebut bahkan terdengar aneh atau tak lazim bagi warga +62.
Seorang WNI (Warga Negara Indonesia) yang berada di Brunei Darussalam mengungkapkan hal itu.
Dia membeberkan sejumlah culture shock yang dialaminya ketika awal-awal menginjakkan kota yang dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah tersebut.
Ternyata culture shock yang ia rasakan adalah bagian dari rutinitas yang biasa terjadi di Brunei Darussalam.
Melalui YouTubenya, Wulan's Life wanita yang bernama Wulan itu menceritakan sejumlah kebiasaan Brunei Darussalam lainnya yang berbeda dari Indonesia.
Tidak ada sarapan
Jauh dari kebiasaan orang Indonesia yang sarapan, ternyata di Brunei tak ada kebiasaan itu.
Orang-orang di Brunei hanya makan dua kali sehari, yakni siang dan malam saja.
Wulan mengatakan akan sangat jarang menemukan orang yang sarapan atau makan pagi di Brunei.
Kalau pun ada mereka hanya mengganjal perut dengan makanan yang ringan misalnya roti yang ditemani teh atau kopi.
Tidak ada kewajiban sarapan di negara ini.
"Kalau di Indonesia makan tiga kali, tapi tidak kalau di Bruei hanya makan dua kali saja," ujar Wulan.
Bercengkrama dengan teman
Memang ada banyak aktivitas yang bisa diciptakan jika ingin menghabiskan waktu bersama kerabat atau orang-orang terdekat.
Namun di Brunei Darussalam kegiatan itu lekat dengan ajakan "jom minum."
Dijelaskan Wulan ajakan itu berarti mengajak teman-teman berkumpul bersama di kafe sembari menikmati minuman teh atau kopi.
"Biasanya mereka chat bilang 'jom minum.'
Lalu mereka melakukan tea time kemudian saling ngobrol dan bersenda gurau," kata Wulan.
Hal ini memang tak terlihat jauh berbeda, mengingat kebiasaan orang Indonesia yang juga suka nongkrong ria di kafe hanya untuk bertemu teman-teman.
Tetapi di Indonesia, alternatif lain selain nongkrong adalah kita bisa langsung bertandang ke rumah teman yang ingin kita temui.
Sementara hal itu agak tak biasa dilakukan di Brunei.
Ke tempat terdekat membawa mobil
Walaupun kedai tersebut terletak di depan rumahnya atau seberang, mereka Wulan menyebut orang-orang Brunei akan tetap pergi menggunakan mobilnya.
"Mereka tidak mau kalau jalan kaki," kata Wulan.
Dan jika hanya sebentar mereka akan tetap membiarkan mesin mobilnya menyala dengan pintu terbuka.
Tentu ini agaknya lebih berisiko jika dilakukan di Indonesia.
Namun di Brunei Wulan menyebut hal itu sudah biasa terjadi.
"Di sini aman-aman saja, tidak ada orang yang nyelonong masuk membawa mobil," kata Wulan.
Jalan kaki terasa aneh
Kerap berpergian menggunakan mobil meski hanya ke tempat yang dekat ternyata menyusul kebiasaan mereka yang lain, yakni malas berjalan kaki.
Bahkan dikatakan Wulan berjalan kaki di negara ini akan terasa sangat aneh lantaran dipandang tak biasa oleh orang-orang di sana.
"Pernah aku mengalami waktu ke kedai jalan kaki dilihatin begitu," kata Wulan.
Awalnya dia merasa apakah ada yang salah dengan cara berpakaiannya.
"Ternyata orang Brunei jarang sekali berjalan kaki," tutur dia.
Hal ini membuat orang Brunei juga ikut aneh saat melihat ada orang yang berjalan kaki di sepanjang jalan, sekalipun itu di pusat kota.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com