Wawancara Eksklusif
Cerita Capten David, Pilot Asal Sulut yang Sempat Mendarat Darurat di Mapanget
Ada tamu spesial dalam prodcast Tribun Baklak. Tamu tersebut yakni Deputi General Aviation PPPI Capt J David.
Penulis: Nielton Durado | Editor: Handhika Dawangi
Kalau dia karirnya cepat paling tidak hanya dalam waktu lima tahun saja, seorang pilot bisa mendapatkan gelar Capten.
TM : Adakah pengalaman unik saat anda menerbangkan pesawat?
JD : Pada tanggal 17 Agustus 2000, saya diminta untuk menerbangkan satu pesawat kecil untuk membawa satu penerjun payung di Manado.
Kegiatan ini masih dalam rangka HUT Kemerdekaan RI di Kota Manado.
Misinya adalah dia terjun untuk membawa bendera.
Saat berada diatas stadiun Klabat sekitar pukul 10.00 Wita dan menunggu instruksi.
Tiba-tiba dapat kabar penerjunan ditunda jam 11.
Pada saat itu pengawas bertanya apakah saya bertahan atau kembali ke base.
Saya kemudian memilih untuk kembali ke base. Saya juga diminta melapor saat mau kembali ke base.
Pada saat hendak turun ketinggian dan kembali ke base, pesawat itu mati mesinnya.
Saat itu sih penerjun ini sangat panik, tapi saya tetap melakukan sesuai prosedurnya.
Setelah itu pesawat itu saya kontrol, lalu cari apa penyebabnya, kemudian saya coba untuk start kembali.
Tapi usaha ini masih juga belum bisa, sehingga saya harus menentukan lokasi dimana harus mendarat darurat.
Setelah itu saya melaporkan ke base dan mereka panik.
Saya lalu mendarat disalah satu restoran di Mapanget dengan keadaan emergency.
Sih penerjun sudah lebih dulu turun karena memang sudah diintruksikan begitu.
Sebelum turun, sih penerjun tepuk bahu saya dan mengatakan dia duluan turun.
TM : Sebagai Putra Sulut, apakah ada pesan untuk generasi muda saat ini?
JD : Jangan berhenti bermimpi, dan jangan menyerah dengan keterbatasan. Percaya bahwa kita mampu dan bisa. (Nie)