Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Sitaro

Pesan Firman dari Ketua Jemaat GMIST Ulu Sitaro Pdt Susana Lahope pada Peringatan Jumat Agung

Dalam pesan firman, Pdt S Tampilang Lahope menyebut peringatan Jumat Agung identik dengan kesedihan, kehilangan dan berdukacita.

Penulis: Octavian Hermanses | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Octavian Hermanses
Ibadah Jumat Agung di Gereja GMIST Ulu yang dipimpin Pdt Susana Lahope. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari Kematian Yesus Kristus atau Jumat Agung diperingati oleh warga Jemaat GMIST Ulu, Kabupaten Sitaro, dengan menggelar ibadah di gedung gereja, Jumat (15/4/2022).

Ibadah yang dipimpin Ketua Jemaat GMIST Ulu, Pdt Susana Lahope itu mengambil pembacaan Alkitab dari dua bagian, yakni Mazmur 119:153-154 dan Lukas 23:44-49.

Dalam pesan firman, Pdt S Tampilang Lahope menyebut peringatan Jumat Agung identik dengan kesedihan, kehilangan dan berdukacita.

Tak heran jika melihat dari tradisi pendahulu, jemaat yang datang untuk memperingati Jumat Agung selalu mengenakan pakaian berwarna hitam.

"Kenapa dari dulu kita gereja tidak menyebutnya dengan jumat berduka, atau jumat sedih, karena ini kan ada kematian.

Kematian itu akan identik dengan sedih dan duka. Tapi justru, kematian Yesus Kristus disebut dengan jumat agung," ujar Lahope.

Dia mengajak seluruh umat Tuhan untuk dapat memakanai kisah Via Dolorosa atau jalan kesengsaraan dan penderitaan yang dijalani oleh Yesus Kristus.

"Dari Via Dolorosa itu sampai kematian Yesus merupakan karya Allah yang didalamnya menunjukan betapa Tuhan begitu menaruh perhatian dan kasih kepada manusia yang berdosa," kata Lahope.

Melalui pembacaan Firman Tuhan saat ini, manusia boleh memahami keagungan dalam kematian Yesus yang mati tersalib.

"Keagungan dari peristiwa Jumat Agung. Di dalamnya ada keagungan Allah, ada kemuliaan Allah, ada cinta kasih Allah yang nyata atas kematian Yesus.

Penderitaan benar-benar Yesus terima dengan tulus hati. Yesus tunduk dalam kuasa dan kehendak Allah. Sekalipun Yesus berada pada titik terendah dan puncak penderitaannya," jelasnya.

Dalam peristiwa kematian Yesus sebagiamana isi Firman saat ini, terdapat beberapa kejadian yang menunjukan kuasa Allah, seperti kegelapan menutupi dari itu, tabir bait suci terbelah, kepala pasukan memuliakan Allah hingga orang-orang memukul diri.

"Kegepalan yang terjadi saat itu sesungguhnya bukan fenomena alam. Tetapi menunjukan pada kondisi manusia yang hidup dalam kegelapan jika tanpa kehadiran Tuhan.

Tanpa Tuhan, kegelapan akan menguasai manusia. Disini mengajarkan kita, bahwa di luar Tuhan, tidak ada yang bisa menjamin kepastian hidup dan masa depan manusia.

Kedua, tabir bait suci terbelah. Tabir sekat yang membatasi dua ruang di bait suci yerusalem. Sekat yang selama ini jadi batas dan jarak bagi manusia, kini telah hilang dengan kematian Yesus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved