Sejarah Indonesia
Serangan 1 Maret di Yogyakarta: Soeharto Asyik Makan Soto saat Prajuritnya Berperang Lawan Belanda
Serangan Umum 1 Maret 1949. Soeharto yang disebut asyik makan soto saat anak buahnya bertempur melawan Belanda.
Atmakusumah dalam artikel "Dua Versi Serangan Umum" yang terbit di Kompas 1 Maret 1999 menyebutkan bahwa Sultan merasa prihatin dengan semangat juang rakyat yang menurun.
Untuk itu ia merasa perlu menciptakan kejutan untuk melecut semangat juang.
Setelah mendengar siaran radio tentang perundingan PBB tentang Indonesia-Belanda, Hamengku Buwono IX berpikir itulah momentum
yang tepat untuk mengembalikan semangat juang dan menunjukkan eksistensi Ri di mata dunia.
Sultan Hamengku Buwono IX kemudian mengirimkan utusan untuk menyampaikan siasatnya kepada jenderal Sudirman.
Setelah itu, barulah Sultan bertemu dengan komandan gerilya di daerahnya Letkol Soeharto pada pertengahan Februari 1949.
Pembicaraan tersebut berisi seputar perencanaan serangan dalam dua minggu ke depan.
Soeharto asyik makan soto saat serangan berlangsung?
Selain soal inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949, fragmen lain yang jarang disebut yaitu mengenai Soeharto yang disebut asyik makan soto saat anak buahnya bertempur melawan Belanda.
Cerita itu diungkapkan anak buah Soeharto Kolonel Abdul Latief yang saat itu masih berpangkat kapten.
Dikutip dari Hastamitra, Latief menyebut, pada penyerangan enam jam di Yogyakarta, pasukannya mendapat kepercayaan untuk menduduki daerah sepanjang Malioboro, mulai dari Stasiun Tugu sampai Pasar Besar Yogyakarta (Beringharjo).
Sementara Soeharto menempati markas komando di daerah Kuncen atau desa Sudagaran, yang hanya terletak 500 meter dari batas kota Yogyakarta (daerah Demakijo).
(Foto Soeharto (paling kanan) saat lagi makan bersama kerabat. (Handover via indonesiainside.id)
Saat pertempuran itu, Latief mengaku lolos dari kepungan tentara Belanda yang sedang mengadakan counter offensif.