Sosok Tokoh
Sosok Tiga Generasi Pemotong Kue Tamo Curi Perhatian Saat Upacara Adat Tulude di Kota Bitung
Untaian bahasa sastra Sangihe, keluar dari mulut tiga orang pemotong Kue Tamo dalam upacara Adat Tulude Pemerintah Kota Bitung.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Chintya Rantung
Kue Tamo simbol kemakmuran, ada hiasan disusun sebagai bentuk syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa Kepada Masyarakat,” kata Budi Madea Ketua Ormas Nusa Utara kota Bitung, diwawancarai Tribunmanado.co.id, Kamis (3/2/2022).
Pemotongan Kue Tamo tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, dan harus wajib hukumnnya menggunakan pakaian adat juga, sebagai tradisi Lakutepu atau pakaian terusan yang dipakai oleh pemotong Kue Tamo.
Ada rasa merinding dan kagum, ketika menyaksikan dan mendengarkan para pemotong Kue Tamo melakukan tugasnya.
Mulai dari menyampaikan sastra bahasa Sangihe hingga memotong Kue Tamo tersebut.
Sebelum di potong oleh pemotong, Kue Tamo dalam upacara Adat Tulude di siapkan terlebih dahulu beberapa hari sebelum hari pelaksanaan.
Lalu tiba saat hari pelaksanaan, berlangsung Buntuangu Tamong Wanua niwawa meliku soang Kudaton Bitung metimona banala penanuhudang, atau arak-arakan Kue Adat Tamo berkeliling Kota Bitung menuju bangsal upacara Tulude.
Kue Tamu di arak oleh petugas yang disiapkan untuk masuk ke bangsal upacara Tulude.
Pada upacara Adat Tulude pemkot Bitung, ada delapan Kue Tamo. Dalam arak-arak di pimpin para pimpinan kecamatan dari Delapan kecamatan di Kota Bitung, bersama istri dan suami menggunakan pakaian adat baniang dan menggunakan paporong untuk pria.
Pemotongan Kue Tamo, di upacara Tulude dilakukan oleh sosok yang sudah tidak asing lagi mereka adalah Amos Ghama Kakomba, Afni Salauhiang dan Adik Gabrielly Danila Muhaling.
Melihat dari usia masing-masing pemotong Kue Tamo sosok Amos Ghama Kakomba adalah yang paling senior, disusul seorang pemudi Afni Saluhiang dan anak SMP Gabrielly Muhaling.
Aksi tiga generasi dalam memotong Kue Tamo ini, sempat membuat penonton menahan sebentar nafasnya karena kagum melihat kemampuan mereka secara bergantian memotong Kue Tamo.
“Sebelum tampil, latihan dengan bimbingan mami dan papi. Latihan menghafal kata-kata adat dan latihan ekspresi dan penampilan di panggung,” kata Gabrielly Muhaling saat diwawancarai Tribunmanado.co.id, Kamis (3/2/2022).
Menurut putri dari Drs Semuel Wakil Ketua Organisasi masyarakat Nusa Utara dan Yetrinecke Y Lalenoh, hingga saat ini Gebi begitu dia disapa sudah 12 kali mengembang tugas dan tanggung jawab sebagai pemotong Tamo dalam upacara adat Tulude.
Memotong Kue Tamo, sudah dilakoni siswa kelas 8 SMPN 2 Bitung ini, dan sempat melakukannya di Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro hingga pernah diberi kepercayaan mengikuti lomba potong Tamo di Makalehi.
Semenjak itulah bungsu dari dua bersaudara ini, mulai terpanggil untuk memotong Tamo di Tulude tingkat kota, jemaat dan lainnya.
“Saya ingin menjadi pemotong kue adat tamo karena ingin melestarikan budaya Nusa Utara,” tambah dara kelahiran 1 April 2008 dan hobi menari.
Gabrielly Danila Muhaling, memiliki riwayat pendidikan bersekolah mulai dari tingkat TK di TK Nissi Bitung, SD GMIM I Bitung dan saat ini duduk di kelas 8 SMPN 2 Bitung.